Tegal, PP Pergunu

Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Tegal, Kiai Rismono, mengatakan, mayoritas umat Islam di Indonesia mampu menunjukkan sikap toleran terhadap umat agama lain. Dengan dibuktikan dari dulu tidak ada pertentangan atau peperangan antar agama.

“Kunci kedamaian di Indonesia ada di tangan umat Islam dengan jumlahnya yang mayoritas menjadi contoh bagi minoritas,” ujar Kiai Rismono, saat menjadi pemateri di kegiatan Peningkatan Kapasitas Moderasi Beragama Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tingkat SMA/SMK di Hotel Katlita, Kota Tegal, Sabtu (13/11/2021).

Kiai Rismono menjelaskan bahwa dengan jumlah yang banyak itu perlu dibekali dengan keilmuan yang mumpuni agar jauh dari sikap diskriminasi terhadap minoritas. Bangsa Indonesia rentan terhadap isu-isu adu domba dikarenakan jumlah keberagaman yang banyak sehingga mudah dibenturkan oleh berbagai kepentingan.

“Kalo kita bisa menguasai agama kita dengan baik, saya yakin kita semua akan berperilaku baik,” ujar Kiai Rismono yang juga pengawas guru PAI Kota Tegal itu.

Lebih lanjut, Kiai Rismono menegaskan bahwa agama mengajarkan kasih sayang kepada siapa saja. Jika terdapat seseorang melakukan kekerasan atas nama agama, di dalam dirinya tidak ada kasih sayang. Apabila terjadi demikian, maka sudah jelas pelaku tersebut tidak bisa memahami agama dengan baik.

“Secara sosial historis bangsa-bangsa Indonesia itu dengan segenap keanekaragaman, keyakinan, bahasa dan seterusnya, secara umum mampu mengetengahkan sikap inklusif. Dari situ tercipta kedamaian seperti yang sekarang kita rasakan,” tegasnya.

Selain itu, Kepala Kemenag Kota Tegal, Akhmad Farkhan, yang juga pemateri di acara tersebut menyampaikan, bahwa pemetaan arah gerak kedepannya sangat penting agar terhindar dari tindakan anarkis. Selain itu, ia juga memaparkan penyebab yang akan timbul jika tidak melakukan pencegahan sedini mungkin.

Menurutnya, dengan pemetaan yang ada para guru diharap bisa memahami situasi dan kondisi di sekitar lingkungannya masing-masing agar dapat melakukan pencegahan sebelum terjadi tindakan ekstremisme.

Farkhan menjelaskan beberapa kekuatan yang dimiliki di antaranya; Pertama, paham moderat dalam beragama sudah lama mengakar di masyarakat Nusantara. Kedua, berbagai tradisi keagamaan merupakan hasil asimilasi dan akulturasi nilai agama dan budaya lokal. Kedua, para pendiri bangsa berbeda agama bersatu mewujudkan Indonesia berdasarkan 4 Pilar Kebangsaan.

“Ketiga, organisasi berbasis keagamaan berpengaruh besar dalam kehidupan beragama dan berbangsa,” ungkap Farkhan yang juga penggerak Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Tegal.

Kemudian Farkhan menjelaskan peluang yang dimiliki di antaranya; Pertama, Indonesia berkesempatan tampil sebagai negara-bangsa teladan bagi dunia yang mampu mengelola kemajemukan. Kedua, moderasi Beragama menjadi modal dasar sosial pembangunan mewujudkan cita-cita negara.

“Ketiga, masyarakat mendukung kehidupan beragama dan berbangsa yang rukun dan damai. Keempat, Indonesia berkesempatan mempercepat pemenuhan SDGs melalui hasil Moderasi Beragama,” tegas Farkhan.

Dari segi kelemahan menurut Farkhan yang dapat mengancam kerukunan. Pertama, kurang komitmen terhadap ideologi Pancasila di semua level. Kedua, banyak tokoh agama yang populis tapi minim pemahaman dan pengamalan nilai agama yang moderat, inklusif, dan toleran.

“Ketiga, populisme agama, politik identitas, dan sikap mayoritarianisme dalam berdemokrasi. Keempat, minim peran keluarga dalam mencegah perilaku ekstrem. Kelima, minim budaya literasi media dan referensi beragama dalam bingkai NKRI,” ujarnya.

Kemudian Farkhan juga menjelaskan tantangan yang akan dihadapi. Pertama, gejala transnasionalisme yang menumbuhkan kelompok ekstrem beragama. Kedua, kapitalisme global yang melemahkan nilai-nilai agama. ketiga, persaingan hegemoni melalui komodifikasi agama.

“Keempat, politik identitas berbasis agama. Keempat, era disrupsi inovasi yang menyingkirkan otoritas keagamaan, menyuburkan gejala umat digital dan religiusitas perkotaan,” ungkap Farkhan.

Ia berharap, pembekalan Moderasi Beragama Hasil Kerjasama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Santri Nusantara (P3SN) dengan Direktorat Pendidikan Agama Islam (Dit PAI) Ditjen Pendis Kemenag RI ini dapat menghasilkan guru-guru yang moderat dan toleran.

Kontributor : Erik Alga Lesmana