Oleh : Heri Kuswara*
Keberadaan Santri dan Pesantren telah banyak memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa ini. Kemandirian santri telah teruji semenjak berangkat menimba ilmu di pesantren. Selain tempat terbaik dalam pembinaan akhlak dan menimba ilmu agama, pesantren banyak melahirkan santri yang mandiri dalam hidup dan kehidupannya. Era disrupsi adalah era terjadinya perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh adanya inovasi yang mengubah sistem dan tatanan bisnis ke taraf yang lebih baru. Disrupsi merupakan istilah dimana optimalisasi teknologi dan kreatifitas menjadi kunci utama dalam membuka peluang baru (pasar baru). Era disrupsi ditandai dengan bermunculannya teknologi baru (canggih) dan model bisnis baru (startup) yang mampu mendisrupsi (mengusir/Mengusik) teknologi dan model bisnis yang sebelumnya dianggap hebat.
Di era disrupsi yang serba canggih ini, santri dan Pesantren diharapkan mampu membangun kemandirian wirausaha dengan berbagai bentuk kreatifitas berbasis teknologi kekinian. Kemampuan santri dan Pesantren dalam memanfaatkan teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu kunci dalam mewujudkan kemandirian santri dan Pesantren dalam berwirausaha. Kemandirian wirausaha santri dan Pesantren dapat berhasil dan sukses di era disrupsi ini, manakala santri dan pesantren mempunyai strategi cerdas dalam mewujudkannya.
- Strategi Cerdas Santri Dalam Mewujudkan Kemandirian Wirausaha di Era Disrupsi
Setidaknya, penulis suguhkan sembilan strategi cerdas yang dapat dilakukan oleh santri dalam memulai dan menjalani kemandirian dalam berwirausaha diera disrupsi ini, diantaranya:
Strategi Ke-1. Creating A Mindset of Being An Santripreneur
Membentuk mindset (pola pikir) positif adalah kunci memulai menjadi seorang santri yang mandiri dalam berwirausaha. Setidaknya ada lima cara yang bisa dilakukan dalam membentuk mindset positif yaitu: Pertama adalah Masalah adalah Hikmah. Dalam kehidupan setiap kita senantiasa dihadapkan dengan masalah, tantangan, rintangan dengan berbagai kompleksitas didalamnya. Dengan menanamkan sikap positif, kita akan selalu memandang setiap permasalahan yang ada adalah proses untuk menjadikan kita lebih kuat, lebih dewasa dan lebih mandiri. Dalam Alquran Allah berfirman “Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha..” “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya.. (QS. Al-Baqarah:286). Kedua adalah fokus dan sungguh-sungguh. Memfokuskan atau memusatkan seluruh perhatian kepada yang menjadi prioritas cita-cita atau impian yang akan diraih tentu akan membentuk mindset kita selalu positif. Dengan begitu akan dengan mudah membangkitkan dan mengoptimalkan seluruh energi dan potensi yang dimiliki untuk berhasil dalam menggapai tugas atau aktifitas yang menjadi skala piroritas. Terkadang banyak kendala yang menjadikan kita tidak fokus menyelesaikan beberapa hal yang menjadi prioritas oleh karenanya komitmen dalam hati dan pikiran kita harus sama yaitu adanya kesungguhan (niat) yang kuat agar dapat berhasil.
Ketiga adalah Kerja Keras dan Pantang Menyerah. Tiada keberhasilan tanpa bekerja keras, Kerja keras sangat dianjurkan Allah SWT dan Rosululolloh SAW. Allah SWT berfirman : Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, tentu Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah. Kemudian diberikannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah [9]: 105). Selanjutnya Allah SWT juga menyediakan ampunan bagi mereka yang bekerja keras, sebagaimana yang dikutip dalam hadits berikut: “Sungguh sebagian dari dosa manusia ada yang tidak terampuni dengan melakukan ibadah shalat, zakat, dan haji. Tetapi dosa itu terampuni dengan sulitnya mencari penghidupan”. (H.R Thabrani). Keempat adalah Berfikir Positif. Sebuah kalimat bijak mengatakan “Berfikir positif dan optimis terlihat seperti kalimat puisi yang sepele, tapi sadarilah ini sangat penting dalam peran anda mengambil keputusan yang akan menenuntukan kesuksesan atau kehancuran”. Dalam Alquran dan Hadist sangat jelas kandungan mengenai kewajiban berfikir positif yaitu dalam (Adh Dhuha: 3) yang artinya “Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu” kemudian dalam (Al-Baqarah: 216) yang artinya “Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” Sementara Rosululloh SAW bersabda “Aku sesuai prasangka hamba-Ku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku.” (HR.Muslim).
Kelima adalah Selalu Bersyukur. Dengan selalu besyukur pikiran kita akan senantiasa positif dalam memandang setiap persoalan kehidupan. Dalam (QS. 14:7) Alloh berfirman yang artinya “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”, lalu dalam (QS.31:12) Allloh berfirman yang artinya “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:“Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” Dalam Hadist yang diwiwayatkan Ath-Thabrani Rosululloh SAW bersabda yang artinya “Yang paling pandai bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling pandai bersyukur kepada manusia.” Selanjutnya (HR. Tirmidzi) “Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.”
Dalam rangka mewujudkan kemandirian wirausaha santri, dibutuhkan pola pikir positif terhadap wirausaha itu sendiri, berikut sembilan kiat sukses dari penulis untuk membangun pola pikir positif santri: 1) Wirausaha adalah Pilihan Mulia, 2) Wirausaha Kaya akan Ide, 3) Wirausaha Mengatur Waktu bukan diatur waktu, 4) Wirausaha Berpenghasilan besar, 5) Wirausaha adalah karakter seorang Pemimpin, 6) Wirausaha Luas Pergaulannya, 7) Wirausaha Mandiri Dalam Hidupnya, 8) Wirausaha Solusi mendapatkan banyak keberkahan, dan 9) Wirausaha Banyak Beramal.
Strategi Ke-2. Soft Skills are Key to be A Successful Santripreneur
Soft skill merupakan kemampuan atau kecerdasan yang intingible (tidak berwujud), soft skill merupakan kunci sukses seseorang dalam karir apapun tidak terkecuali sebagai seorang wirausaha. Soft skill dapat dipelajari namun belum tentu dan tidak mudah untuk dapat diimpelementasikan, karena soft skill sesungguhnya hadir melalui keteledanan dan pembiasaan. Berbagai elemen soft skill yang wajib dimiliki dan dikuasai oleh seorang santri dalam membentuk kemandirian wirausahanya antara lain: 1)Kemampuan Berkomunikasi. 2) Keterampilan berpikir dan menyelesaikan masalah. 3) Kerja Dalam Tim. 4) Belajar sepanjang hayat dan pengelolaan informasi. 5) Keterampilan Kewirausahaan. 6) Etika, Moral dan Profesionalisme. 7) Keterampilan Kepemimpinan. Yaitu kemampuan Pengetahuan teori dasar kepemimpinan dan Kemampuan untuk memimpin suatu projek.
Strategi Ke-3. Building Entrepreneur Characters
Membangun karakter atau watak wirausaha harus ditumbuhkan kepada santri agar mandiri dalam wirausahanya. Bebeapa karakter yang harus dimiliki oleh santri dalam membangun kemandirian wirausahanya adalah sebagai berikut: 1)Santri Wajib Percaya Diri. 2) Santri harus Berorientasi pada tugas dan hasil. 3) Santri harus berani mengambil resiko. 4) Santri harus mempunyai karakter kepemimpinan. Dan 5) Santri Harus Berorientasi ke masa depan.
Strategi Ke- 4. Learning By Doing
Belajar dan terus belajar tiada henti menjadi sebuah keniscayaan bagi santri agar usahanya berjalan dengan baik dan berkembang sesuai impian dan cita-cita. Sambil terus menjalankan usaha yang diminati, kita bisa memperkaya ilmu, pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai hal, diantaranya : 1) Belajar dari Buku dan Internet, 2) Belajar dari “Mentor”, 3) Belajar dari Kisah Sukses, 4) Belajar dari Kegagalan.
Strategi Ke-5. Business ? Action
Wirausaha itu bukan teori tapi praktek. Wirausaha dapat dipelajari sambil dipraktekkan, oleh karenanya kemandirian santri dalam berwirausaha harus dibuktikan adanya usaha yang dijalankan, sekalipun usahanya kecil dan sederhana. Hal ini menegaskan bahwa santri sudah berani memulai menjalankan usahanya tentu dengan berbagai keterbatasan. Dalam berbagai kesempatan baik itu ketika mengajar mata kuliah entrepreneurship dikelas, dalam berbagai seminar, pelatihan, talkshow atau bedah buku entrepreneurship, penulis sangat sering menyampaikan bahwa bisnis atau wirausaha itu rumusnya 3A+3S+3D yaitu 3A (Action, Action, Action), 3S (Sekarang, Sekarang dan Sekarang), 3D (Dari Yang Kecil, Dari Rumah, Dari yang sederhana).
Rumus diatas sepertinya asal-asalan, ini sengaja penulis sampaikan secara tegas dan berulang-ulang agar mereka tidak perlu banyak mikir dan banyak pertimbangan dalam memulai bisnis. Pepatah mengatakan “Bisnis Kalo Dipikir terus ya ga jalan-jalan, tapi kalo dijalanin ya pasti mikir”, “kesempatan itu tidak (belum tentu) datang dua kali”, oleh karenanya penulis berkesimpulan “buat apa bisnis nanti, jika sekarang bisa”.
Strategi Ke-6. Be Creative
Menjadi seorang wirausaha, santri harus terus mengupdate dan mengupgrade, produk baik barang ataupun jasa yang dijalankan. Banyak jenis kreatifitas yang dapat di create atau ditambahkan dalam usaha yang kita jalani, misalnya 1) Kreatif Nama Produknya, 2) Kreatif Bentuknya, 3) Kreatif Rasanya, 4) Kreatif Kemasannya, 5) Kreatif Penyajiannya, 6) Kreatif Pelayanannya, 7) Kreatif Pelayannya/Pegawainya, 8) Kreatif Fasilitasnya, 9) Kreatif Taglinenya dan 9) Kreatif Logo Perusahaan dan animasi logonya.
Kreatifitas dan inovasi dalam wirausaha dapat digali dan ditemukan, manakala santri melakukan beberapa hal diantaranya: 1) melakukan riset produk dan bisnis, 2) terinspirasi dari kesuksesan orang lain, 3) Adanya Inspirasi yang muncul karena masalah personal, 4) mempelajari masalah orang lain, 5) Mengamati trend saat ini dan prediksi trend kedepan.
Strategi Ke-7. Building Social Networking
Sebagai manusia yang notabene mahluk sosial terlebih sebagai entrepreneur, dimanapun dan kapanpun kita berada memperbanyak teman, sahabat, mitra/relasi adalah sebuah keharusan yang tak terelakan. Bagi santri sebagai wirausaha, membangun, mengembangkan dan memelihara jaringan yang demikian adalah salah satu kunci sukses tumbuh kembangnya bisnis yang dijalankan. Melalui membangun jaringan, setidaknya beberapa manfaat yang dapat diraih, diantaranya: dapat meraih pasar, dapat memperoleh mitra bisnis, sebagai ajang promosi, sebagai ajang sharing and learning dan sebagai bentuk pengakuan akan usaha kita (legitimasi).
Selain manfaat diatas, tentu masih banyak lagi manfaat-manfaat lain yang diperoleh dari membangun jaringan tersebut. Apa yang harus dilakukan agar kita mampu membangun jaringan bisnis? jawabannya adalah aktif diberbagai organisasi, tergabung kedalam komunitas bisnis. Ikut serta dalam Berbagai Pameran Wirausaha, dan aktif di media dan jejaring sosial.
Strategi Ke-8. A Marketing Strategy
Meskipun produk (barang atau jasa) yang kita jual sangat bagus, menarik atau memberi banyak manfaat kepada calon pembeli, belum tentu laku dipasaran. Itu semua bergantung kepada seberapa keras dan cerdas usaha kita dalam memasarkan produk tersebut. Oleh karenanya santri perlu mempunyai strategi jitu dalam pemasaran agar produk yang kita jual laku dipasaran hingga menjadi produk yang diburu oleh pembeli.
Dewasa ini, Teknologi Informasi juga adalah “senjata” utama dalam mensukseskan pemasaran produk (barang atau jasa) yang kita jalankan; era globalisasi ini memaksa setiap kita khususnya pengusaha (entrepreneur) melek terhadap teknologi informasi. Seorang entrepreneur yang selalu mengutamakan Teknologi Informasi dalam pemasaran produknya hampir pasti akan menjadi “Pemenang” dalam setiap kompetisi bisnis. Sebalikanya yang terlambat atau bahkan tidak menggunakan teknologi informasi maka bersiap-siaplah menjadi pecundang dalam kompetisi bisnis yang super ketat ini. Beberapa model pemasaran yang populer dewasa ini dilakukan melalui: 1) Content Marketing, 2) Mobile Marketing, 3) Integrated digital marketing, 4) Continuous marketing. 5) Personalized marketing. Dan 6) Visual marketing.
Strategi Ke-9. Creating A Business Plan, Business Model Canvas (BMC) & Pitch Deck For Startup
- Business Plan
Bisnis butuh perencanaan, tanpa perencanaan sesungguhnya kita sedang merencanakan kegagalan. Maka sebelum memulai berbisnis kita diwajibkan untuk membuat Bisnis Plan. Bisnis plan berasal dari kata business plan dalam Bahasa Inggris yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah rencana bisnis, yaitu sebuah rencana mengenai langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam merealisasikan ide bisnis menjadi sebuah bisnis yang sukses. Membuat bisnis plan yang baik adalah berupa rencana/rancangan bisnis yang dibuat sistematis sehingga memudahkan dalam pelaksanaanya dan membuat bisnis yang dijalankan lebih terarah.
Gambaran sederhana tentang kerangka yang harus dibuat dalam bisnis plan yaitu meliputi: Deskripsi Perusahaan, Target Pasar, Kompetitor, Strategi Pemasaran, Operasi, Struktur Manejemen, Perkembangan Masa Depan dan Finansial. Kerangka model bisnis plan lainnya yang lebih sederhana untuk seseorang yang baru memulai bisnis kecil-kecilan meliputi: Nama dan Jenis Usaha, Lokasi usaha, Konsumen yg dituju, Partner yg akan diajak kerjasama, Jumlah modal yangdiharapkan dan yang tersedia, Peralatan/perlengkapan usaha yg perlu disediakan dan Promosi dan pemasaran.
- Business Model Canvas (BMC)
Business Model Canvas dapat menjelaskan hubungan sembilan elemen model bisnis yang digambarkan secara visual, sehingga inovasi yang dibuat pada model bisnis perusahaan akan lebih mudah dipahami dan dimengerti. Walaupun ada beberapa versi, kira-kira secara garis besar sebagai berikut: 1) Value Proposition. Dalam blok area Value Proposition mencakup produk atau layanan unggulan apa yang ditawarkan kepada calon customer. 2). Customer Segments. Customer Segments menjadi blok area yang paling utama karena dari pelanggan-lah kita akan mendapatkan pemasukan. 3). Channels yaitu Channels merupakan sarana untuk menyampaikan nilai atau manfaat dari produk kepada customer segment.
Elemen selanjutnya adalah 4). Customer Relationship. Merupakan mekanisme yang dilakukan oleh startup untuk berhubungan dengan pelanggan. 5) Key activities. Key activities merupakan berbagai kegiatan yang perlu akan dilakukan untuk merealisasikan empat elemen di atas. 6) Key Resources. Berbagai kebutuhan yang perlu disediakan untuk merealisasikan model bisnis, bisa berupa dukungan orang, alat atau perangkat lunak, dan lain-lain. 7) Key Partnership. Key Partnership berisi pihak-pihak yang menjadi penentu terhadap jalannya suatu bisnis. 8) Revenue Stream. Model bisnis kanvas adalah mencakup langkah-langkah yang harus dikuasai oleh seorang pebisnis. Seperti pemanfaatan biaya iklan, langganan, penjualan retail, lisensi, dan sebagainya. Dan 9) Cost Structure. Berisi biaya-biaya yang perlu dikeluarkan untuk mengembangkan, memasarkan dan mendistribusikan layanan yang berhasil dikembangkan startup. (Wikipedia,2021)
- Pitch Deck For Startup
Pitch deck adalah sebuah presentasi singkat yang bisa menjelaskan gambaran umum tentang rencana bisnis startup. Dengan bantuan file presentasi tersebut, santri bisa memperkenalkan produk kamu di hadapan calon investor dengan lebih mudah, sehingga mereka bisa lebih tertarik untuk memberi pendanaan. Tak hanya itu, pitch deck juga bisa berguna ketika kamu tengah bertemu dengan calon konsumen, perusahaan lain yang ingin kamu ajak kerja sama, atau orang yang mau kamu ajak menjadi co-founder. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus kamu perhatikan ketika membuat pitch deck, serta cara yang tepat untuk membuatnya.
Adapun salah satu format Pitch deck untuk startup terdiri dari sembilan (9) elemen yang harus dipresentasikan kepada calon investor, diantaranya: 1). Goal & Big Vision: Produk, dampaknya terhadap masyarakat, potensi pengembangan, viability dan kemampuan tim mengeksekusi rencana, 2) Problem: Pain & Gain customer dan solusi saat ini yang belum menyelesaikan permasalahan, 3). Solution: Value produk anda yang menyelesaikan permasalahan, 4) Market Size/Dynamics: Potensi pasar dari produk / teknologi yang ditawarkan , 5) Competition: Kompetitor langsung dan tak langsung, bagaimana startup bisa bersaing dengan kompetitior serta perbedaan dengan kompetitor , 6) Product: Snapshot produk/startup dan bagaimana startup mengatasi permasalahan dengan menggunakan teknologi dan (menyertakan tautan web yang dapat diakses atau mobile apps yang dapat diunduh), 7) Business Model: Model bisnis startup, bagaimana bisa mendapatkan revenue, rencana jangka pendek dan panjang, 8) Financial Snapshot: Proyeksi keuangan saat ini hingga 3 tahun ke depan, bisa berupa pendapatan, profit, atau key metrics (conversion rates), 9) Team : Tim dan keahlian setiap personelnya. (Ditjen Belmawa,2019).
- Strategi Cerdas Pesantren Dalam Mewujudkan Kemandirian Wirausaha di Era Disrupsi
Pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, lembaga sosial, juga berfungsi sebagai pusat penyiaran agama Islam yang mengandung kekuatan resistensi terhadap dampak modernisasi, sebagaimana telah diperankan pada masa lalu dalam menentang kolonialisme. Fungsi lainnya yaitu sebagai instrumen untuk tetap melestarikan ajaran- ajaran Islam di bumi Nusantara, karena pondok pesantren mempunyai pengaruh yang kuat dalam membentuk dan memelihara kehidupan sosial, kultural, politik, keagamaan, dan sebagainya. (Hafidudin D Dalam Badruzzaman DP, 2009:36).
Pesantren sebagai kawah candra dimukanya santri harus merubah paradigmanya dari yang hanya memberikan pembelajaran dan pendidikan keagamaan dan akhlak menjadi lembaga pendidikan yang mampu melahirkan peserta didik (santri) yang berilmu agama, berakhlak dan mandiri dalam berwirausaha. beberapa strategi yang harus dilakukan oleh pesantren dalam rangka mewujudkan kemandirian santri dalam berwirausaha menurut penulis adalah sebagai berikut:
- Membuat Kurikulum Kewirausahaan. Selain kurikulum keagamaan, dalam mewujudkan kemandirian wirausaha santri, Pesantren harus mendesin kurikulum kewirausahaan bagi santri. Pembuatan kurikulum dapat mengadopsi kurikulum yang ada dilembaga pendidikan formal seperti di perguruan tinggi. Kurikulum kewirausahaan ini harus menjadi bagian dari pembelajaran dan pendidikan di pesantren.
- Mendirikan Pusat Pelatihan Kewirausahaan. Pendirian pusat pelatihan kewirausahaan di pesantren, sebagai strategi terbaik dalam mempersiapkan santri dalam membentuk jiwa dan mental kewirausahaan santri.
- Mendirikan Inkubator Wirausaha. Ketersediaan inkubator wirausaha di pesantren, akan menjadi tempat latihan dan praktek santri dalam berwirausaha.
- Mendirikan Koperasi atau Unit Usaha Pesantren. Selain inkubator bisnis, pendirian koperasi dan Unit Usaha Pesantren akan mempermudah santri untuk mempraktekkan hasil pelatihan wirausaha di Koperasi atau unit usaha yang tersedia di Pesantren.
- Bermitra dengan Dunia Usaha. Pesantren harus dapat memfasilitasi dan memediasi santri untuk dapat melakukan magang atau menyalurkan potensinya di tempat usaha yang menjadi mitra dari pesantren.
- Bermitra dengan Lembaga Keuangan. Kerjasama Pesantren dengan Lembaga Keuangan (Bank/Non Bank) dalam hal pembiayaan permodalan wirausaha, dapat menjadi stimulus bagi santri untuk menjalankan wirausahanya.
- Bermitra dengan Perusahaan Pemerintah/Swasta. Perusahaan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan. Tanggung jawab Sosialnya (CSR) terutama kepada masyarakat dilingkungannya. Kerjasama yang dibangun oleh pesantren, dapat menyerap program CSR (Corporate Social Responsibility) yang dilaksanakan perusahaan.
Ketujuh strategi diatas harus dilakukan oleh pesantren sebagai upaya cerdas untuk melahirkan kemandirian santri dalam berwirausaha.
- Kesimpulan
Kemandirian santri telah teruji baik selama tinggal di pesantren maupun setelah selesai dari pesantren. Pesantren hadir sebagai tempat menimba ilmu agama dan membina akhlak santri. Di era disrupsi ini, santri diharapkan mampu membangun kemandirian wirausaha dengan berbagai bentuk kreatifitas berbasis teknologi kekinian. Kemampuan santri dalam memanfaatkan teknologi terutama teknologi digital merupakan salah satu kunci dalam mewujudkan Kemandirian Santri dalam berwirausaha. Pesantren sebagai “kawah candradimukanya” santri harus mempersiapkan santri bukan hanya menjadi seseorang yang ahli agama namun juga mandiri dalam berwirausaha. oleh karenanya pesantren harus mempunyai kurikulum dan pusat pelatihan kewirausahaan, serta inkubator wirausaha dan unit usaha pesantren. Selain itu pesantren harus membangun dan mengembangkan kerjasama dengan dunia usaha, dunia industri dan lembaga keuangan sebagai sarana untuk membangun kemandirian wirausaha santri.
DAFTAR RUJUKAN:
Badruzzaman DF. (2009). Pemberdayaan Kewirausahaan Terhadap Santri Di Pondok Pesantren (Studi Kasus: Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung, Bogor). Terdapat pada: https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/18159. Dilihat pada: 7 Oktober 2021
Ditjen Belmawa. (2019). Panduan Akselerasi Startup 2019. Terdapat Pada: https://sim-pkmi.ristekdikti.go.id/download/Panduan_Akselerasi_Startup_2019.pdf. Dilihat pada: 23 Februari 2020.
Wikipedia (2021). Santri. Terdapat Pada: https://id.wikipedia.org/wiki/Santri. Dilihat Tanggal: 6 Oktober 2021
*Penulis adalah Anggota Dewan Redaksi NU Jabar Online, Wakil Sekretaris Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Barat, Ketua Departemen Pengembangan SDM dan Kajian Strategis Piminan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu), Wakil Ketua Pengurus Pusat Asosiasi Profesi Multi Media Indonesia (PP APMI), dan Dosen Tetap Bidang Sistem Informasi di Universitas Bina Sarana Informatika.
Post a comment