Stay at home saatnya untuk menguji pengetahuan yang selama ini diperoleh di pendidikan formal, terimplementasikan dengan baik di rumah. Pada saat yang sama di rumah anak bisa langsung belajar pendidikan keteladanan yang dicontohkan kedua orang tuanya.
Salah satu kelemahan model pendidikan sekolah kita adalah keterbatasan waktu, ketrampilan guru mengajar, model evaluasi dan lingkungan pembelajaran kurang mendukung bagi tumbuhnya kepribadian paripurna. Rumah sebagai salah satu institusi penting pendidikan menjadi harapan.
Berbeda pula dengan sistem pendidikan di pesantren yang menghadirkan full 24 jam sebagai media pembelajaran dan implementasi terhadap materi pembelajaran. Kenapa pesantren mampu dianggap sebagai rumah utama oleh santri ?. Stay at home belajar di rumah seharusnya hadir bukan sebagai rekayasa pembelajaran atau sekolah sebagai rumah pembelajaran yang hakiki. Melainkan harus di balik pola fikir masyarakat kita.
Seorang siswa yang memperoleh nilai evaluasi mapel Fiqh 9, tetapi salatnya tidak rajin. atau pelajaran IPS dapat nilai 9, tetapi perilakunya kurang mencerminkan angka 9 itu. Lemah dalam interaksi sosialnya. Sekali lagi karena evaluasi kita hanya mengukur capaian kognitif, belum pada aspek afektif dan psikomotorik.
Munculnya wabah virus corona yang di kenal dengan covid-19, menghendaki setiap orang untuk tinggal atau diam di rumah (stay at home). Perguruan tinggi sampai pendidikan dasar juga pondok pesantren dan Madrasah Diniyah Takmiliyah meliburkan peserta didiknya untuk belajar di rumah, untuk jangka waktu tertentu.
Para guru di sekolah tidak perlu khawatir, karena stay at home adalah bukan kerugian besar bagi pendidikan di sekolah, tetapi justru sebaliknya akan menjadi penambal dari apa yang selama ini kurang optimal di kembangkan di sekolah.
Sebagaimana terlampir dalam edaran Kementerian Agama, Tugas guru tidak selalu berorientasi pada ketuntasan kurikulum. Contoh, memberi tugas-tugas kepada para siswanya selama di rumah dengan mengisi lembar kerja siswa, mencari sumber di internet atau menghafal mata pelajaran tertentu, lalu di foto di video. Sepatutnya guru memberi panduan agar siswa mampu melaporkan apa saja yang dikerjakan di rumah. Membantu orang tua, mengerjakan pekerjaan rumah, hidup bersama, kebiasaan di rumah dan lain sebagainya.
Satu sisi, butuh kesadaran dan komitmen para orang tua, agar selama liburan di rumah menghadirkan kehidupan yang bermakna edukatif. Walau saya tahu godaan anak-anak kita saat ini adalah handphone yang kini menjadi ancaman sekaligus peluang putra-putri kita untuk tumbuh maju.
Semoga selama stay at home, para peserta didik kita akan tambah dewasa dan bertanggung jawab sebagaimana tujuan pendidikan yaitu menjadikan peserta didik ke arah kedewasaan. Rumah hadir untuk transfer of value bukan transfer of knowledge apalagi menambal kebocoran tugas di sekolah.
Oleh : Samsul Ma’arif
Ketua Pergunu Kab. Kediri
Pengajar MTsN 3 Kediri
Comment(1)-
comment Aris says
30 March 2020 at 12:54Luar biasa.. terimakasih pak guru..