Oleh Boy Ardiansyah*

Ketika membicarakan pembaharu Islam atau pembaharu pendidikan Islam. Yang muncul dalam ingatan kita adalah nama Rasyid Ridho, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal sampai Fazlur Rahman. Tentu menjadikan pertanyaan besar bagi saya, apakah tidak ada pembaharu pendidikan Islam dari Indonesia? Saya menjawab sendiri, tentu ada. Tokoh seperti KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan, KH Wahid Hasyim, saya rasa layak kita sebut dengan pembaharu pendidikan Islam. Kualitas dan perannya dalam dunia pendidikan tidak kalah dengan tokoh-tokoh besar yang saya sebut di awal.

Namun bagaimana dengan sekarang, kita tidak mungkin terus bernostalgia dengan zaman dahulu era mereka. Karena sudah barang tentu pendidikan selalu berkembang seiring dengan perkembanagan zaman yang sanagt luar biasa ini. Jika di tanya siapa pembaharu pendidikan Islam saat ini? Saya akan menjawab pembaharu pendidikan Islam abad 21 ini, salah seorang di antaranya adalah Prof.Dr. KH Asep Saifuddin Chalim, M.Ag pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur.

Kiai Asep merupakan putra bungsu dari KH Abdul Chalim, Kiai asal Majalengka yang mempunyai pengaruh besar terhadap pendirian Nahdlatul Ulama. Kiai Abdul Chalim adalah kawan akrab KH Wahab Hasbullah. Kiai Wahab pernah memberikan kepercayaan kepada Kiai Abdul Chalim sebagai guru di Nahdlatul Wathon, organisasi yang didirikan KH Wahab untuk peningkatan pendidikan Islam.

Kiai Asep memupuk ilmu Agamanya di Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo yang di asuh oleh KH Abbas Khozin tak lain adalah sahabat ayah Kiai Asep. Paling tidak ada dua alasan saya menyebut Kiai Asep sebagai Pembaharu Pendidikan Islam abad 21 ini. Pertama adalah keberhasilannya mendirikan Pondok Pesantren dan Madrasah Bertaraf Internasional Amanatul Ummah. Dan yang kedua adalah menghidupkan kembali organisasi Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu).

Saat ini tak kurang dari 10.000 santri yang menuntut Ilmu di lembaga pendidikan Amanatul Ummah. Pada awalnya pendirian Ponpes Amanatul Ummah sekitar tahun 2007 KH Said Aqil Siradj ketua PBNU  di ajak Kiai Asep meninjau lokasi yang akan di bangun pesantren Amanatul Ummah. Melihat lokasi, Kiai Said saat itu merasa pesimis dengan ide Kiai Asep mendirikan Ponpes di hutan yang jauh dari keramaian. Sekarang terbukti prasangka Kiai Said terhadap ide Kiai Asep itu salah.

Sejak berdirinya lembaga pendidikan di bawa naungan Ponpes Amanatul Ummah, siswa-siswinya setiap tahun memenangi berbgai kejuaraan/lomba akademis dan keteramilan di tingkat Nasional dan Internasional. Lulusan sekolah tingkat SMA dan Aliyah paling banyak di terima di kampus Negeri dan kampus-kampus luar negeri. Tentu akan panjang jika mengulas satu persatu prestasi santri/siswa yang belajar di lembaga pendidikan yang didirikan oleh Kiai Asep. Untuk itu saya menyarankan para pembaca untuk mencari sendiri di webside Amanatul Ummah.

Yang kedua adalah menghidupkan kembali Pergunu. Seperti yang diceritakan Dosen saya di Institut Pesantren Abdul Chalim Dr. Gatot Sujono bahwa hidup dan berkembang pesatnya Pergunu saat ini tidak lain adalah karena tangan dingin Kiai Asep.  Dua kali Kongres 2011 dan 2016 Kiai Asep dipilih menjadi Ketua Pergunu. Ini menandakan semua percaya dan merasakan kemajuan Pergunu di tangan Kiai Asep.

Melalui Pergunu ini juga Kiai Asep memberikan ratusan beasiswa bagi guru-guru NU untuk melanjutkan pendidikan S2 di dua kampus yang ia pimpin, kampus IAI Al Khoziny Buduran Sidoarjo dan IAI IKHAC Pacet Mojokerto. Pemberian beasiswa ini tidak lain diberikan Kiai Asep untuk meningkatkan SDM guru-guru NU.
Tidak hanya itu, Kiai Asep juga memberikan beasiswa kepada pelajar-pelajar luar negeri untuk belajar di Pesantren Amanatul Ummah. Beberapa waktu lalu saat pembukaan kuliah pascasarjana Kiai Asep menyampaikan kenapa Yaman, Mesir di kenal Pendidikannya. Menurut Kiai Asep karena Yaman, Mesir memberikan beasiswa. Inilah yang diadopsi Kiai Asep agar Indonesia dikenal dunia melalui pendidikan.

Dua alasan ini saya rasa cukup untuk menyebut Kiai Asep sebagai Pembaharu Pendidikan Islam. Tentu Kiai Asep tidak sendiri, masih banyak pembaharu-pembaharu Pendidikan Islam yang lain di Indonesia.

*Penulis adalah guru Madrasah Ibtidaiyah