Tegal, PP Pergunu

Sebagai upaya antisipasi lahirnya generasi penerus yang anti tolerasi dan memiliki paham ekstrim, Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdaltul Ulama (PP Pergunu) bekerja sama dengan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Santri Nusantara (P3SN) Direktorrat Pendidikan Agama Islam (PAI) Kementrian Agama RI (Kemenag RI) memberikan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Moderasi Beragama kepada guru-guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tingkat SMA/SMK.

Wali Kota Tegal, H. Dedy Yon Supriyono saat memberikan sambutan dalam pembukaan acara tersebut menyampaikan dengan adanya pelatihan ini bertujuan agar dalam memahami atau belajar agama dapat menghasilkan sikap moderat dan toleran demi menciptakan kedamaian bersama. Satu hal yang perlu dipahami yakni pelatihan ini bukan sebuah kegiatan untuk memoderasi agama. Sebab ajaran dan tuntunan yang ada pada agama Islam akan tetap sama sejak dulu, sekarang, hingga nanti.

“Namun yang dimoderasi adalah cara penyampaiannya, cara mempelajarinya. Mari bersama-sama mempelajari agama dengan melihat secara luas dari berbagai perspektif,” ujar Dedi Yon di Hotel Karlita, Jumat (12/11/2021)

Dedi mengakuai bahwa ajaran agama Islam sangatlah universal. Untuk itu, ia memperingatkan agar memahami ajaran agama dengan baik, jauh dari sikap esktrim maupun menang sendiri. Menurutnya, persoalan dalam hidup jangan dipandang dari satu sudut pandang saja melainkan perlu melihat dari sisi lain agar dapat bijak dalam memberi keputusan.
“Kita harus bisa memahami nilai-nilai universal kehidupan beragama dan yang sangat penting sehingga kita mampu menguatkan wawasan kebangsaan dengan ajaran agama. Dengan moderasi pengajaran dan pembelajaran agama, saya harap nantinya bapak ibu peserta dan juga anak didik bapak, ibu sekalian dapat lebih memahami makna adil dan berimbang, memartabatkan manusia, kemaslahatan umum, hingga menghargai tradisi atau budaya yang kita miliki sebagai warisan yang harus dijaga dan dihormati. Kita juga nantinya dapat lebih memantapkan diri dalam komitmen kebangsaan, memiliki toleransi, serta anti kekerasan. Sebab kita harus ingat tidak ada satu agamapun yang mengajarkan dan membenarkan kekerasan,” jelas Dedy Yon.
Ketua panitia kegiatan, Khaidar Tanthowi, menyampaikan saat ini peta yang ada bahwa pelaku-pelaku teroris, mayoritas berasal dari sekolah pendidikan umum. Berdasarkan data tersebut pihaknya merasa perlu untuk menggandeng guru-guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah umum di tingkat SMA/SMK untuk diikutkan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Moderasi Beragama untuk Guru SMA/SMK.

Ia menyampaikan bahwa kegiatan ini fokus pada sekolah-sekolah umum, karena sebagian besar guru-guru yang berada di madrasah kental dengan pelajaran agama sekaligus mayoritas berasal dari lulusan pesantren.

“Banyak mereka yang mengikuti ajaran ekstrim dan anti toleran menerima ajaran yang salah dari guru mengaji yang punya pemahaman anti toleran. Ini yang harus diwaspadai dan harus melakukan pencegahan,” kata Khaidar.

Akhmad Farkhan selaku Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Tegal yang juga hadir dalam kegiatan tersebut, menyampaikan bahwa butuh pemahaman dari guru-guru PAI agar memahami agama dengan baik, untuk mengantisipasi doktrin-doktrin yang sesat yang diajarkan kepada siswa-siswinya dari guru ngajinya.

Akhmad Farhan berharap kepada guru-guru yang telah mengikuti pelatihan agar benar-benar paham, dan tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi ada transfer knowledge, pengetahuan baik mengenai dalil-dalil dan hal lain yang mendukung dalam memberikan penjelasan terkait pemahaman agama yang benar.

Editor : Erik Alga Lesmana