Ini Tanggapan Pergunu Atas Apresiasi Presiden Jokowi Terkait Gerakan Teacherpreneur
Dalam rangkaian Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) IV Pesatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU), Presiden RI, Joko Widodo yang hadir dalam Pengukuhan Guru Besar Dr. K.H. Asep Saifuddin Chalim di UINSA, Sabtu (29/2/2020), menyampaikan apresiasinya pada Ketua Umum Persatuan Guru NU atas kiprahnya dalam gerakan teacherpreneur pada para guru-guru NU. ...
Pergunu Sampaikan Piagam Deklarasi Guru Mulia Pemersatu Bangsa Kepada Jokowi
Setelah memberikan sambutan pada pengukuhan Guru Besar Ketua Umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) dan Pembukaan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) IV PERGUNU, sejumlah Pimpinan Pusat dan Wilayah PERGUNU se-Indonesia bersilaturrahmi secara khusus dengan Presiden RI, Joko Widodo, di Gedung Rektorat UIN Sunan Ampel Surabaya, (29/02). ...
SUKSESKAN RAKERNAS IV PERGUNU, MAJUKAN PENDIDIKAN INDONESIA
Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Kembali akan mengadakan Rapat Kerja Nasional ke-4, tanggal 28, 29 Februari, dan 1 Maret 2020, bertempat di Kampus Institute K.H. Abdul Chalim Yayasan Pesantren Amatul Ummah, Pacet, Mojokertro, Jawa Timur. Dengan mengusung tema “Peran Pendikan dalam Melawan Eksploitasi Global”. ...
Pimpinan Wilayah Pergunu Lampung Gelar Rakerwil
Wan Jamaluddin berharap sayogianya perubahan di dunia pendidikan akan menjadikan guru-guru NU lebih aktif dan berinovasi, menjadi contoh dan tauladan bagi masyarakatoleh karena itu guru NU tidak pernah alergi terhadap perubahan tersebut
Wan Jamaluddin berharap pada Rakerwil ini dapat menghasilkan program-program kerja yang berbobot dan guru NU dapat berkalaborasi, bersinergi mencari solusi-solusi dalam merespon perubahan perubahan yang terjadi.
Pada akhir dari sambutanya, beliau mengajak para guru-guru NU bersama-sama ikut mensukseskan Muktamar NU ke 34 yang akan di gelar di Provinsi Lampung pada bulan Oktober 2020 mendatang.
Pada rapat kerja wilayah Persatuan Guru NU ketua Wilayah KH.Jamaluddin, M.Pd.I berharap kepada seluruh pengurus cabang agar dapat bersama-sama saling bahu membahu ikut mensukseskan program kerja yang akan dihasilkan pada rapat kerja tersebut, karena Pekerjaan Rumah Pergunu masih sangat banyak sekali, diantaranya mengenai data keanggotan guru, kepengurusan Anak cabang yang masih belum terbentuk kesejahteraan dan perlindungan hukum guru yang belum sesuai harapan.
Jamaluddin berharap pada tahun 2020 ini semua kepengurusan dari tingkat cabang sampai ranting dapat segera terwujud dan selalu bersinergi dengan pimpinan wilayah sehingga program kerja yang dihasilkan pada Rakerwil ini dapat membawa manfaat dan berdampak positif bagi guru-guru NU dan pendidikan pada umumnya.
Pada kesempatan itu pula Ketua Panitia Rakerwil yang juga Sekretris Wilayah PW. Pergunu Lampung Ihsan Mustofa,M.Pd.I ini menyampaikan, terselenggaranya Rakerwil ini tidak lepas atas kerjasama dari para pengurus dan donatur yang ikhlas mengeluarkan rizkinya dan tenaganya demi suksesan acara tersebut. Ihsan juga menyampaikan bahwa hasil dari Rakerwil ini akan dibawa pada Rakernas Pergunu ke IV yang akan dilaksanakan pada tanggal 28-29 februari dan 01 maret 2020 di Institut KH.Abdul Chalim Pacet kabupaten Mojokerto Jawa Timur, dan pada Rakernas tersebut insya Allah PW. Pergunu Lampung akan mengirimkan 1 Bus yang terdiri dari jajaran Pimpinan Cabang dan Pimpinan Wilayah se Provinsi Lampung.
Pergunu Jawa Tengah Gandeng Wahid Foundation, Percepat Deradikalisme Solo Raya
Upaya ini sudah dilakukan oleh PW Pergunu Jawa Tengah sejak tahun 2018 dengan pembentukan Pergunu di wilayah Solo Raya yang dimulai dari Kab. Sukoharjo, Karanganyar, Klaten, Wonogiri, Sragen, Surakarta dan Boyolali. Respon dan suport dari masyarakat terdidik dan unsur pemerintah sangat bagus, nampak kehadiran dalam berbagai pelantikan diantaranya Sukoharjo, Karanganyar, Klaten dan Wonogiri.
Rapat Koordinasi PW Pergunu Terbatas yang dilaksanakan pada hari Sabtu (20/1) di Semarang ini dihadiri oleh Wahid Foundation, PC Pergunu se Solo Raya.
Duta Wahid Foundation (Mbak Mauliya) sangat tertarik program yang telah dilakukan oleh Pergunu Jawa Tengah yang merupakan gerakan dari bawah (grassroots movement) dengan fokus para guru. Sehingga akan kita kembangkan bersama dalam menggarap Deradikalisme di wilayah Solo Raya. Harapan Mbak Mauliya yang juga alumi S2 UGM Yogjakarta ini agar Pergunu juga mengajak AGPAII yang sudah terjalin dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah yang akan menggarap Solo Raya.
Harapan tersebut tambah dari HM Faojin yang sekaligus Penasihat AGPAII Jawa Tengah dan Wakil Ketua Pokjawas PAI Jawa Tengah sangat gembira sehingga Pergunu juga akan menggandeng semua unsur baik BNPT, Polda, Pangdam, MUI Jawa Tengah, Kementerian Agama dan bahkan Muhammadiyah, tambahnya.
Tugas ini harus bersama sama dan sinergis serta ikhlas untuk bangsa dan negara Indonesia. Sekaligus untuk membuktikan bahwa ajaran Aswaja An Nahdliyah merupakan solusi dalam berbagai masalah keagamaan dan kebangsaan.
Sebagaimana laporan dari berbagai cabang Pergunu Solo Raya radikalisme masih terus terjadi di wilayahnya, bahkan ada yang sudah viral yang justru berawal dari para guru. Inilah menjadi keprihatinan bersama yang harus dicarikan pemecahannya.
Solusi Pergunu ini berangkat dari guru NU yang memahami betul tentang Aswaja An Nahdliyah dan Kebangsaan Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Guru Nahdlatul Ulama. Kebangsaan dan keagamaan mereka sudah teruji oleh sejarah, tambahnya.
Langkah yang sekarang sedang dilakukan oleh PC Pergunu Solo Raya adalah pemetaan guru PAI dan Non PAI Pergunu yang mengajar di SMP, SMA dan SMK Negeri pada wilayahnya masing-masing. Pemetaan ini didasarkan pada database lewat KTA Pergunu. Setelah terpetakan menurut HM Faojin akan dilanjutkan Semiloka Pengembangan Sekolah Damai di Solo Raya, semoga lancar semua dan banyak manfaatnya, harapnya.
Ini Hasil Rakorwil Pergunu Bali
Pada Rakorwil yang dihadiri oleh ketua dan sekretaris PC Pergunu se-Bali, Ketua Pergunu Bali H. Makhfudh meminta agar seluruh Pimpinan Cabang menyampaikan program kerja yang telah dicapai.
“Rapat Koordinasi ini sangat penting dalam menjalankan organisasi Pergunu di Bali, apa saja yang telah dihasilkan para pimpinan cabang dalam menjalankan program kerja Pergunu di Bali, mohon bisa disampaikan,” pintanya.
Menanggapi hal tersebut, seluruh Pimpinan Cabang menyampaikan program-program yang telah di capai dan dilakasanakan di tingkat Cabang hingga tingkat Kecamatan.
Beberapa pembahasan tersimpulkan sedikit banyaknya ada empat hasil pembahasan yang dibacakan moderator.
Pertama terkait KTA dan Seragam, dijelaskan bahwa Kartu Tanda Anggota (KTA) dan Seragam Pergunu ini sangat penting sebagai indentitas, Simbol dan bukti fisik Panji Pergunu di Bali, Untuk itu wilayah meminta kepada seluruh PC mensosialisasikan KTA dan seragam Pergunu dikalangan Guru-Guru NU.
Kedua tentang Diklat atau Pendidikan dan Pelatihan Guru Nahdlatul Ulama di Bali, ini harus menjadi agenda Pergunu dalam Peningkatan kompetensi guru (Pergunu), sebab peningkatan kualitas guru khususnya dikalangan NU belum menyeluruh, maka diperlukan Diklat guna memberikan pemahaman kepada guru dakwah Annahdiyah pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas di lembaga-lembaga pendidikan NU.
Ketiga Persoalan IT dan Data Based, pentingnya pendataan dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan perkembangan anggota organisasi serta sebagai wadah agar anggota pergunu bisa terdata di setiap wilayah kabupaten/kota di Bali. Namun, Hal ini Pimpinan Pusat Pergunu telah mengutus seorang ahli IT untuk membantu menangani Sistem Informasi Pendidikan Pergunu yakni H. Sugiharto, S.Kom.
Owner Politeknik Teknik Bangsa itu menyampaikan bahwa pergunu telah memiliki aplikasi husus terkait Data Based Pergunu, yang mana sistem informasi tersebut gratis.
Keempat masalah Safari Ramadhan Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Provinsi Bali berupaya akan melakukan safari ramadhan keseluruh Pimpinan Cabang di Bali, yang dipusatkan pada tiga titik yaitu; Bali Timur meliputi Bangli, Klungkung, Karangasem, Bali tengah meliputi Gianyar, Denpasar, Badung, dan Tabanan sementara Bali Barat Jembrana dan Buleleng.
Dari empat evaluasi dan program diatas tentu menjadi PR bersama bagi Pergunu Bali bagaimana pengurus dapat aktif menjalaknnya dan menanamkan akidah Ahlussunnah wal Jamaah Annahdliyah kepada Guru serta anak didiknya.
Penulis : Irfandi
SKB 3 Menteri Tahun 1975: Eksistensi, Implikasi dan Efektivitas Pada Pendidikan Madrasah
SKB 3 Menteri Tahun 1975: Eksistensi, Implikasi dan Efektivitas ...
Menatap Pendidikan di Jawa Barat
Kebijakan yang digulirkan pun kadang cenderung lebih banyak berpihak hanya pada institusi yang dikelola oleh pemerintah sehingga melukai masyarakat yang telah berswadaya untuk berpartisipasi dalam mencerdaskan anak bangsa, terutama untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak yang berasal dari keluarga ekonomi menengah bawah yang tidak diterima di sekolah negeri bahkan yang bermasalah hingga drop out dari sekolah favoritnya.
Seperti kebijakan yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Barat yang akan menggratiskan SPP hanya untuk siswa-siswi tingkat Menengah Atas yang bersekolah di sekolah negeri saja. Bukankah sebuah kebijakan itu harus bisa mengayomi semua pihak? Lalu, inikah pengejawantahan dari amanat konstitusi terkait pendidikan yang berkeadilan dan tidak diskriminatif di Jawa Barat? Padahal, anak-anak yang bersekolah di MA, SMA ataupun SMK swasta pun butuh perhatian pemerintah karena mereka juga merupakan warga Jawa Barat, yang memiliki hak yang sama untuk memperoleh biaya pendidikan gratis seperti teman-temannya yang bersekolah di sekolah negeri.
Mungkin, Pak Gubernur lupa bahwa tidak semua sekolah swasta di Jawa Barat memiliki sumber pendanaan yang melimpah. Banyak diantaranya malah tidak memiliki kekuatan ekonomi yang memadai karena siswa-siswinya berasal dari kalangan bawah. Maka, tidak heran jika daya saing sekolah swasta pun tidak stabil dan hanya beberapa saja yang mampu menunjukkan bonafiditabonafiditasnya dibandingkan sekolah negeri bahkan sekolah swasta kelas menengah ke atas.
Hal itu terjadi karena untuk memenuhi biaya operasional saja kadang tidak bisa sehingga berdampak pada minimnya fasilitas yang dimiliki sekolah dan rendahnya tingkat kesejahteraan guru-guru yang mengajar di sekolah swasta kelas menengah ke bawah. Oleh karena itu, muncullah istilah sekolah favorit dan tidak favorit serta istilah ‘Guru Sukwan (Sukarelawan)’ yang dipakai untuk merujuk tenaga pendidik non-PNS yang banyak berkerja di sekolah swasta kelas menengah bawah yang sering terabaikan secara finansial oleh banyak pihak, termasuk pemerintah.
Kebijakan tersebut jelas tidak elok apabila dibiarkan karena sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab III tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 4 Ayat 1 bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif. Lalu pada Pasal 11 disebutkan juga bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara. Merujuk pada kedua pasal tersebut, maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat harusnya mampu bersikap adil, jika anak-anak yang bersekolah di sekolah negeri SPPnya digratiskan maka anak-anak di sekolah swasta pun jangan sampai dianaktirikan bahkan dilupakan bahwa mereka ada agar tidak menciderai amanat konstitusi terkait pendidikan untuk semua anak bangsa tanpa dikotomi negeri ataupun swasta.
Leny Sri Wahyuni, M.Hum
(Sekretaris PC PERGUNU Kab Majalengka dan Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon) ...
PERGUNU Gelar Sarasehan Pendidikan, Kuatkan Karakter Siswa
Dalam sarasehan tersebut Dr. H. A. Umar, M.A berpesan kepada para Guru untuk menjalankan peran sebagai guru secara totalitas. Dalam kesempatan tersebut Dr. H. A. Umar, M.A juga mengajak para guru untuk menyertakan karakter seorang guru dalam proses belajar mengajar, agar ilmu yang ditransfer tidak hanya sekedar mengalir seperti layaknya air. Kegiatan ini merupakan upaya dan komitmen PERGUNU sebagai badan Otonom NU yang menggawangi bidang pendidikan.
Sejalan dengan itu Aris Adi Leksono selaku Ketua PP PERGUNU berharap bahwa “semoga PERGUNU dapat meningkatkan perannya dan bersinergi dengan lingkungan dunia pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam segala lini, mengingat Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai kota yang kental akan spirit belajar dan gandrung dengan nilai-nilai kebudayaan”, pungkasnya.
Kegiatan ini diharapkan akan mampu memberi dampak positif dan meningkatkan spirit para guru NU dalam mengoptimalkan perannya sebagai instrumen pemersatu bangsa.
Selain Dr. H. A. Umar, M.A, hadir pula Hery Kuswara M.Kom. M.M seorang guru yang juga aktif di LPTNU sebagai pembicara. Beliau menjelaskan tentang strategi menjadi guru kreatif di era disruptif. Sesuai dengan tema yang dibawakan guru muda yang kerap disapa Hery tersebut mengemas tema sarasehan dengan begitu menarik, beliau mengawali sesi sarasehan dengan ice breaking yang membuat para peserta menjadi terhibur dan antusias mengikuti forum. Tak hanya bersenang-senang, dalam sarasehan tersebut Hery memberikan 3 kunci hebat menjadi guru kreatif.
Sebagai penutup, sarasehan pendidikan nasional yang dihadiri oleh kurang lebih 200 peserta ini diakhiri dengan sesi motivasi dan simulasi menulis oleh Dr. KH. Muhsin Kalida, M.A yang merupakan founder Gerakan Sekolah/Madrasah Menulis. Dr. KH. Muhsin Kalida, M.A memantik semangat para guru dan peserta yang hadir dalam acara tersebut untuk berkarya.
Beliau mengatakan “sebagai guru pasti kita punya murid, maka jangan tidur sebelum membaca dan jangan mati sebelum punya karya”, ujarnya.
Dr. KH. Muhsin Kalida, M.A yang juga merupakan seorang dosen aktif di UIN Sunan Kalijaga juga memaparkan kiat-kiat menulis, untuk memiliki sebuah karya tulis yang harus dilakukan yakni pertama, cari ide yang dekat, kedua, jangan menunggu mood baik/happy tetapi ciptakanlah mood tersebut dengan upaya-upaya yang dapat dilakukan, dan ketiga mulailah menulis tanpa menunggu apapun lagi.
SPP Gratis Untuk Ummat?
Peningkatan SDM yang dimaksud tentunya tidak sekedar bermaksud untuk menjawab perkembangan era revolusi Industri 4.0 dengan kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi, Akan tetapi lebih dari itu pengembangan SDM yang dimaksud juga meliputi pembangunan karakter yang berbasis nilai-nilai luhur budaya bangsa yang mengedepankan sikap-sikap gotong royong, tepo seliro, rasa empati terhadap nasib bangsa dan sesama anak bangsa.
Fenomena ironis, justru lahir dari propinsi tetangga terdekat dari Ibu Kota sebagai pusat pemerintahan. Kebijakan Pemerintah Propinsi Jawa Barat tentang SPP Gratis bagi Siswa SMA/SMK/SLB Negeri, hadir menyentak rasa keadilan bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat yang mendambakan layanan Pendidikan berkualitas dalam menopang dan mendorong tercapainya pembangunan dan peningkatan SDM di wilayah Propinsi Jawa Barat.
Bagaimana tidak, perbandingan jumlah sekolah, siswa dan kelompok masyarakat dari Sekolah Swasta, menunjukkan proporsi berbanding terbalik. Jumlah Sekolah dan Siswa di sekolah swasta jauh lebih besar dibanding Jumlah Sekolah dan Siswa di sekolah negeri. Disisi lain, kemampuan daya beli terhadap layanan pendidikan juga berbanding terbalik, dimana kemampuan siswa/orang tua siswa di sekolah negeri lebih tinggi dibanding kemampuan siswa/orang tua siswa di sekolah swasta.
Kemampuan pengelolaan aktifitas layanan pendidikan disekolah Negeri, hampir seluruhnya telah di berikan/ditanggung oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Sedangkan Kemampuan pengelolaan aktifitas layanan pendidikan disekolah Swasta, bertumpu pada kemampuan mandiri dari lembaga/yayasan, dan peran serta masyarakat yang nota benenya adalah masyarakat kurang mampu. Sehingga kehadiran pemerintah dalam berbagai bentuk bantuan merupakan daya dorong bagi sekolah swasta dalam meningkatkan mutu layanan pendidikannya.
Rasionalitas di atas menunjukkan, bahwa Kebijakan Pemerintah Propinsi Jawa Barat tentang SPP Gratis bagi Siswa SMA/SMK/SLB Negeri tidaklah mencerminkan sikap dan nilai luhur budaya bangsa yang mengedepankan sikap gotong royong, tepo seliro, rasa empati dalam memajukan pendidikan yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat, khususnya warga Jawa Barat.
Kebijakan Pemerintah Propinsi Jawa Barat tentang SPP Gratis bagi Siswa SMA/SMK/SLB Negeri adalah sebuah kebijakan yang timpang. Kebijakan yang mengenyampingkan peran dan kontribusi Sekolah dan Madrasah swasta sebagai bahagian dari penyelenggara pendidikan serta sebagai institusi yang berperan serta dalam upaya membangun dan meningkatkan SDM.
Ilustrasi sederhana yang dapat dibayangkan, berapa besar dampak yang harus ditanggung oleh Sekolah dan Madrasah swasta dengan pengguliran kebijakan tersebut, efek domino yang mungkin terjadi antara lain, berkurangnya jumlah siswa di berbagai sekolah swasta, semakin tingginya beban biaya operasional yang harus ditanggung, menurunnya kualitas layanan pendidikan yang bermuara pada rendahnya mutu luaran (out put) sekolah, yang pada akhirnya, sekolah tak mampu lagi memberikan layanan pendidikan.
Ketimpangan atas Kebijakan Pemerintah Propinsi Jawa Barat tentang SPP Gratis bagi Siswa SMA/SMK/SLB Negeri. Tentunya tidak sepenuhnya merupakan tanggungjawab Pemerintah, langsung ataupun tidak, kebijakan ini juga merupakan tanggung jawab moral dari seluruh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Guna membangun rasa keadilan, serta tetap berorientasi pada upaya peningkatan mutu layanan pendidikan, maka sesungguhnya masih tersedia berbagai ruang solusi yang dapat ditempuh, diantaranya :
1. Mengalokasikan anggaran yang dapat memenuhi SPP Gratis bagi seluruh Siswa SMA/SMK/MA/SLB Negeri maupun Swasta
2. Memberikan bantuan SPP Gratis bagi Siswa SMA/SMK/MA/SLB Negeri maupun Swasta yang kurang mampu berdasarkan data yang valid
3. Memberikan bantuan SPP Gratis bagi Siswa SMA/SMK/M