Selamat datang di website Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama

Menjaga Semangat Literasi di Tengah Pandemi

6 November 2020

Pendidikan di masa pandemi karena covid-19 seakan “menghentikan denyut nadi pendidikan”. Tatap muka beralih menjadi tatap maya, faktual berganti menjadi virtual, sistem pembelajaran yang dulunya mungkin hanya dilakukan oleh kalangan tertentu sekarang menjadi sesuatu yang biasa. Video conference yang dilakukan untuk kalangan terbatas sekarang sudah menjadi aktifitas keseharian guru dan siswa (google meet, zoom meeting, vidconf dan sebagainya). Terhentikah Proses Belajar Mengajar (PBM)? Ternyata tidak dan memang sejatinya tidak boleh berhenti. Banyak cara kalau mau dan banyak alasan kalau menolak. ... 

Read more

PC Pergunu Kota Pontianak Silaturrahmi ke Kabid Dikmad Kanwil Kemenag Prov. Kalbar

21 July 2020

Bertempat di ruang Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat, berlangsung pertemuan antara PC Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PC PERGUNU) Kota Pontianak dan H. Kamaluddin, M. Pd (Kabid Dikmad). Pergunu Kota Pontianak yang dihadiri oleh Anggota Dewan Penasehat Pergunu Kota, H. Kartono, M. Pd. I, Ketua PC Pergunu Kota Pontianak, Sholihin H.Z., M. Pd. I dan anggota Pergunu Kota, Fery Yanto, M. Pd. I ... 

Read more

PERGUNU KALBAR SELENGGARAKAN WEBINAR UNTUK GURU MATEMATIKA

11 July 2020

Sabtu, 11 Juli 2002 – PW PERGUNU Kalbar bersama dengan Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat menyelenggarakan webinar untuk guru-guru matematika. Webinar ini bertema “Joyful Learning in Mathematics” melalui aplikasi zoom meeting dan youtube live... 

Read more

Dunia Literasi, Dunia Islam (Refeleksi Kemajuan Literasi di Era Abbasiyah)

6 May 2020

Dunia Literasi, Dunia Islam

(Refeleksi Kemajuan Literasi di Era Abbasiyah)

Oleh: Sholihin H. Z.*

(*Penulis E-books: Yang Sedikit Yang Menginspirasi)

(*PC Pergunu Kota Pontianak)

 

Pendahuluan

Berakhirnya kekhalifahan amirul mukminin di masa khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib maka berakhir pula periode khulafaurrasyidin sejak diawali oleh Abu Bakar Shiddiq tahun 632 M hingga berakhirnya pemerintahan Ali bin Abi Thalib tahun 661 M.

Ahli sejarah mencatat bahwa di era khulafaurrasyidin yang mendekati masa berkuasa tiga puluh tahun adalah tertatanya hubungan kemasyarakatan baik dari luar maupun dari dalam. (Dar al-‘Ilm, 2011: 57)

Selanjutnya dengan segala peristiwa yang terjadi di kala itu, pemerintahan Islam dipegang oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dengan mendirikan dinasti Umayyah. Nama Umayyah sendiri dinisbatkan kepada Umayyah bin Khalaf yang merupakan pemimpin Quraisy dan ketua Bani Jumah. Muawiyah bernama lengkap Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Dengan demikian, hubungan antara Muawiyah dan Umayyah adalah antara cucu dan kakek. Hubungan keluarga yang masih sangat dekat.

Berkuasa selama lebih kurang 90 tahun, akhirnya dinasti umayyah mengalami penurunan dan digantikan oleh Bani Abbasiyah yang berkuasa hingga 500 tahun (750 – 1258 M/132-656 H). Nama Abbasiyah dilekatkan kepada paman Rasulullah yang paling muda yaitu Abbas bin Abdul Muthalib. Di era inilah Islam dan kaum muslimin mencapai puncak kejayaannya sehingga menjadi mercusuar bagi negara-negara di sekitarnya, menjadi sumber pengetahuan bahkan peradaban dimana ilmu pengetahuan menjadi dasar pijakannya sehingga berbagai gerakan keilmuan berkembangan dengan pesat dan maju.

Sesungguhnya, maju dan jayanya Bani Abbasiyah ini sedikit banyak juga dirintis oleh kejayaan era Bani Umayyah. Benson Bobrick dalam bukunya  The Caliph’s Splendor: Islam and the West in the Golden Age of Baghdad (2013: 18, diterj. Indi Aunullah) menyebutkan diantara keunggulan Bani Umayyah adalah kedigdayaan pasukan laut di Mediterania Timur yang menjaga keutuhan kerajaan. Adanya inovasi di bidang administrasi seperti dioperasionalkannya sistem pos seperti jasa ekspress, standardisasi pembuatan uang logam, penetapan bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara. Dari sisi kemasyarakatan dan sastra, menjamurnya majlis sastra, syair dan musik. Ilmu hadit, tafsir dan sejarah dibukukan. Dari sis kebudayaan, mazhab-mazhab filsafat dan ilmu ketuhanan dipelajari, bahkan ilmu medis dankimia Yunani pun ikut dipelajari. Dari sisi pembangunan, masjid raya didirikan dimana-mana. Pada pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan, kota Qairawan dirirkan Uqbanbin Nafi’ pada tahun 50 H. Didirikan pula Kubah Batu Besar yang dibangun di al-Quds. Pembangunan Masjidil Aqshapun ikut dimulai. Dengan demikian, dinasti Umayyah memberikan sumbangsih yang berarti untuk kemajuan Islam berikutnya.

Dinasti Abbasiyah

Nama Abbasiyah dinisbatkan kepada Abbas bin Abdul Muthalib, kakak dari ayahanda Nabi Muhammad SAW. Pencetus dinasti Abbasiyah dan khalifah pertamanya adalah Abul Abbas Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Gelarnya adalah Abu Abbas Ash-Shaffah. (Dar al-‘Ilm, 2011: 87)

Sejak awal berdirinya Bani Abbasiyah, dinamika politik, sosial budaya dan ekonomi sudah nampak, kuatnya pengaruh khalifah masih bisa mengendalikan situasi yang ada sehingga di periode awal yang merupakan periode pertama di bawah kendali pemuka-pemuka Arab dan Persia segala persoalan masih dapat di atasi.  Periode ini berlangsung antara tahun 750 – 847 M.

Sejarah mencatat, perjalanan era kehalifahan Bani Abbasiyah terus berkembang maju adalah adanya kebijakan dari khalifahnya yang concern dengan ilmu pengetahuan. Politik dan ekonomi juga berkembang namun di bidang ilmu pengetahuan terasa lebih maju dan kuat gairahnya. Di era pemerintahan Bani Abbasiyah inilah muncul dan lahir ilmuwan-ilmuwan Muslim dan ini hampir disemua bidang. Tentu, adanya dukungan dari pemerintah di kala itu menjadi faktor yang tidak bisa dipinggirkan sumbangsihnya, dengan segala kekuasaannya itulah, para khalifah yang terkenal dalam sejarah Bani Abbasiyah menjadikan ilmu pengetahuan sebagai pilar utama kemajuan negerinya.

Ma’ruf (2011: 189) menyebutkan masa puncak kejayaan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudah al-Manshur yaitu al-Mahdi, al-Hadi, Harun ar-Rasyid,al-Ma’mun, al-Mu;tashim, al-Watsiq dan al-Mutawakkil.

Tentang prestasi khalifah Bani Abbasiyah beberapa diantaranya Abul Abbas ash-Shaffah (132 – 136 H) sebagai pendiri Dinasti Abbasiyah yang dengan kekuasaannya menggalang berbagai kekuatan untuk kejayaan Abbasiyah, sebagai pendiri dan periode awal Bani Abbasiyah ia mengorganisir kekuatan yang ada untuk mengeksiskan Abbasiyah, di masa ini pula para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politk dan agam sekaligus (Maruf, 2011: 187).

Selanjutnya khalifah kedua, Abu Ja’far al-Manshur (136 – 158 H), masa pemerintahan Al-Mansur merupakan masa awal perkembangan ilmu pengetahuan yang merupakan cikal bakal perkembangan kejayaan Abbasyiah. Prestasinya yang mendukung sepenuhnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sehingga memunculkan ghirah dunia muslim terhadap ilmu pengetahuan sehingga berkembang karya-karya sastra, dieranya juga ditetapkan tujuh kebijakan khalifah yang menjadi pedoman pemerintahan Bani Abbasiyah.

Harun al-Rasyid (170 – 193 H), khalifah kelima yang mendirikan bayt al-hikmah (perpustakaan terbesar di zamannya), di eranya menurut Benson Bobrick (ibid, h. 60) ditandai dengan adanya pendelegasian tugas dan pekerjaan negara seperti kekuasaan sipilnya didelegasikan kepada seorang perdana menteri atau wazir, kekuasaan kehakimannya pada seorang hakim atau qadhi,  peran militernya pada seorang jenderal atau amir,  dan dimasa Harun al-Rasyid ini puncak kejayaan dinasti Abbasiyah;

Dilanjutkan Al-Ma’mun al-Rasyid (198 – 218 H) yang merupakan khalifah ketujuh, ia mendirikan lembaga penerjemah kitab dari Yunani Kuno dan India dan menjadikan Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan di abad pertengahan; Kemudian al-Mu’tashim (218 – 227 H) yang dengan usahanya dapat menumbuhkan minat para pelajar muslim dan barat untuk mendalami ilmu pengetahuan. Usahanya juga mendirikan Kota Sarra Man Ra’a yang artinya gembira orang melihatnya. Kota ini kemudian lebih dikenal dengan kota Samarra. Kota Samarra  menjadi kota metropolitan, maju dan berkembang sesudah kota Baghdad.

Sudah disebutkan di atas, bahwa kemajuan Abbasiyah di bidang ilmu pengetahuan mengalami masa kejayaannya ditandai dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan Muslim. Ahirnya ilmuwan muslim disrtai karyanya yang spektakuler, kita pasti tahu Ibnu Sina yang dikenal dengan ahli kedokterannya, imam Ghazali dengan tasawufnya. Dua olmuwan ini sebagai gambaran betapa majunya Islam untuk bidang saint dan agama. Ini menandakan literasi sudah dikenal dan menjadi brand di eranya.

Sedikit tentang literasi, oleh National Institute for Literacy, literasi diartikan sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.” Definisi ini memaknai literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.

Karya-karya yang dihasilkan oleh ilmuwan menunjukkan begitu tingginya semangat keilmuan di kala itu dan ini harus menjadi spirit kita di zaman ini untuk menampilkan kembali geliat keilmuan. Sejarah di era ini membuktikan bahwa kejayaan satu bangsa dapat diraih dengan memprioritaskan ilmu pengetahuan sebagai pijakannya, dunia literasi adalah salah satunya.

  1. Imam Malik

Mālik ibn Anas bin Malik bin ‘Āmr al-Asbahi atau Malik bin Anas, lahir di, dan meninggal pada tahun 800M / 179H. Ia adalah pakar ilmu fikih dan hadis, serta pendiri mazhab Maliki. Beliau berumur hampir 90 tahun. Beliau dilahirkan di masa Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik ibn Marwan dan meninggal di masa khalifah Al Rasyid di Madinah.

Dalam melahirkan produk hukum Islam, Imam Malik banyak berpegang kepada Sunnah Nabi dan sunnah sahabat. Jika terjadi perbedaan ia berpegang pada tradisi yang berlaku pada masyarakat Madinah.

Karya beliau diantaranya al muwatta’, kitab ‘aqdiyah, kitab nujum, hisab madar al zaman, manazil al qamar, kitab tafsir gharib al quran, ahkam al quran, al muwadanah al kubra.

  1. Imam Syafi’i

Imam Syafi’i lahir tahun 105 H di sebuah bandar yang bernama Ghizah di Palestina. Beliau adalah seorang yang memilki semangat keilmuan yang sangat tinggi dan menempatkannya sebagai fuqaha pada tingkatan yang paling tinggi. Satu tradisi kelimuan beliau –sebagaimana ulama lainnya- adalah banyak mengembara dalam menimba ilmu.

Beliau pernah berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Ia mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam.

Prinsip-prinsip hukum beliau tersebar dalam karyanya terutama ar-Risalah dan al-Umm yang mengantarkannya sebagai seorang master architect jurisprudence (Gibtiyah, 2016: 46). Beliau meninggal di Fustat, Mesir pada tahun 204 H.

  1. Imam Hambali

Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi. Lahir di Baghdad tahun 780 M.

Tentang keadaannya, Imam Syafi’i pernah berkata, “Ahmad bin Hambal imam dalam delapan hal, Imam dalam hadits, Imam dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam dalam Sunnah”.

Kitab terkenal yang ditulis oleh Imam Ahmad adalah Al-Musnad Al-Kabir–ensiklopedia hadis–yang sangat monumental, kitab ini memuat tak kurang dari 27 ribu hadis. Ini merupakan karya masterpiece sang Imam dan penelitian hadis yang dinilai terbaik. Ia juga dikenal sebagai ahli dalam urusan bahasa dan sastra. Ia sangat berjasa dalam pengembangan bahasa Arab.

  1. Imam Ghazali

Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Ia lahir dengan nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmad pada tahun 450 H/1059 M di Thus daerah Khurasan dan meninggal tahun 505 H/1111 M.

Sebagai seorang ulama, banyak karyanya dapat dinikmati hingga saat ini bahkan ada yang menjadikan kitabnya sebagai rujukan wajib di kalangan tertentu. Karya-karya tulis Imam Ghazali meliputi berbagai bidang keislaman, kalam, fikih, filsafat dan tasawuf. Ia juga menghimpun akuda, syariat dan akhlak dalam suatu sistematika intensif dan berkesinambungan. Kitab Imam Ghazalilainnya adalah al-Arba’in, Bidayatul Hidayah wal Maakhidzil fil Khilafiyyat, Tahsinul Maakhidz,  al Munqidz mindh Dholal, al-Lubabul Muntakhal, Syifaul Ghalil fi Bayani Masalikit Ta’lil, al-Iqtishad fil I’tiqad, Misykatul Anwar, Bayanu Fadhaihil Imamiyah, Kitabu Asrari Mu’amalatiddin dan masih banyak lainnya.

Banyaknya karya tulis Imam Ghazali menunjukkan ia memiliki perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan yang kemudian dituangkan dalam bentuk kitab-kitab yang hingga saat ini masih bisa dijadikan referensi keilmuan.

  1. Al-Faraby

Nama lengkapnya Abu Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Farabi (870-950). Dia lahir di Farab, Kazakhstan. Ia juga dikenal dengan nama lain Abu Nasir al-Farabi (dalam beberapa sumber dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi). Di dunia barat dikenal sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir.

Al Farabi dikenal karena kemampuannya di berbagai bidang. Antara lain matematika, filsafat, pengobatan, ilmu alam, teologi, dan musik. Di bidang filsafat, dia merupakan filsuf Islam pertama yang berhasil mempertalikan serta menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam. Sehingga, bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu.

Di bidang musik, dialah penemu not musik. Temuan ini ia tulis dalam kitab al-Musiq al-Kabir (Buku Besar tentang Musik). Menurutnya, musik dapat menciptakan perasaan tenang dan nyaman. Musik juga mampu mempengaruhi moral, mengendalikan emosi, mengembangkan spiritualitas, dan menyembuhkan penyakit seperti gangguan psikosomatik. Karena itu musik bisa menjadi alat terapi.

  1. Al-Khawarizmi

Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi adalah nama lengkapnya. Nama belakangnya merujuk pada tempat kelahirannya yaitu Khawarizm (sekarang salah satu provinsi di Uzbekistan). Al-Khawarizmi merupakan seorang ahli matematika, ahli astronomi dan ahli geografi. Hasil pemikirannya yang logis dan sistematis memberikan kontribusi pada ilmu-ilmu tersebut di zamannya. Terutama  dalam bidang matematika, ia mungkin merupakan satu dari matematikawan besar yang pernah hidup. Faktanya, ia menemukan beberapa cabang serta konsep dasar matematika.

Salah satu karya besarnya adalah al-Kitab al Mukhtashar fi Hisab al Jabr wal Muqabala. Kitab ini berisikan analisis sistematik dari persamaan linear dan kuadrat dan dunia mengakuinya sebagai penemu al-jabar. Dalam kitab ini diberikan penyelesaian persamaan liear dan kuadrat dengan menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari enam bentuk standar.

Demikian juga ilmu aritmatikanya merupakan hasil sintesis dari pengetahuan Sanskerta dan Yunani serta hasil kontribusinya sendiri sebagai dasar yang penting bagi matematika dan ilmu pengetahuan. Ia menjelaskan kegunaan dari angka nol, sebuah angka yang penting dikembangkan bangsa Arab. Selain itu ia mengembangkan sistem desimal, sehingga secara keseluruhan sistem angka, hasil dari difusi angka India ke dalam per-angka-an timur tengah. Buku ini kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin, algoritmi de numero Indorum sehingga lahirlah ilmu algoritma.

  1. Ibnu Sina

Ibnu Sina merupakan dokter yang karya-karyanya menjadi rujukan dokter di dunia. Biasa dipanggil Avicenna. Lahir di Uzbekistan pada 370 H/ 980 M dan meninggal dunia di Iran pada tahun 1037 M. Selain dibidang kedokteran, Ibnu Sina dikenal juga sebagai ahli di bidang fiqh, matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika dan filosofi. Pada usia 18 tahun, Ibnu Sina memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan.

Salah satu bukunya yang terkenal adalah Qanun fi Thib (The Canon of Medicine). Buku ini jadi panduan di bidang kedokteran selama ratusan tahun. Karena keahliannya, Ibnu Sina oleh banyak orang disebut sebagai “Bapak Kedokteran Modern”. Karya beliau lainnya adalah Kitab al-Shifa (Buku Penyembuhan).

Dua buku ini (Qanun fi Thib dan Kitab al-Shifa) menjadi warisan penting bagi dunia kedokteran di Timur maupun Barat.

  1. Imam al-Bukhari

Tanggal 13 Syawal 194 H adalah kelahiran imam besar dalam bidang hadis di Bukhara, sebuah daerah di tepi Sungai Jihun,  Uzbekistan. Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari atau yang terkenal dengan sebutan Imam al-Bukhari.

Imam Bukhari disebut memiliki lebih dari seribu guru. Ia sendiri pernah berujar bahwa kitab fenomenalnya, Jami’as as-Sahih, dikumpulkan dari menemui lebih dari 1.080 guru pakar hadis. Imam Bukhari terkenal gigih dalam memburu sebuah hadis.

Perjalanan panjang itu akhirnya membuat sang Imam dapat mengumpulkan sedikitnya 600 ribu hadis. Dari angka tersebut, 300 ribu di antaranya dihafal. Hadis-hadis yang dihafal itu terdiri dari 200 ribu hadis tidak sahih dan 100 ribu hadis sahih.

Selain Jami’as as-Sahih, Imam Bukhari juga menulis kitab-kitab lain seperti Tarikh as-Sagir, Asami as-Sahabah, al-Kuna, dan al-‘Illal yang kesemuanya membahas tentang hadis.

  1. Al-Kindi

Al-Kindi memiliki nama lengkap Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak Al- Kindi. Di dunia Barat ia dikenal dengan sebutan al-Kindus. Al-Kindi lahir pada 809 M di Kufah (sekarang Arab Saudi) dari keturunan suku Kindah, Arab Selatan. Selain sebagai filsuf muslim pertama, Al-Kindi juga dikenal sebagai bapak pelopor berbagai ilmu pengetahuan.

Karya al-Kindi yang sangat terkenal antara lain di bidang studi metafisika yakni Fi al Falsafa al Ula (Filsafat Pertama). Karyanya yang lain adalah Fi Wahdaniya Allah wa Tunahiy Jirm al-Alam (Kesatuan Tuhan dan Terbatasnya Dunia) dan Fi Kammiya Kutub Aristutalis wa Ma Yahtaj Ilahi fi Tahsil al-Falsafa (Kuantitas Buku Aristoteles dan yang Diperlukan untuk Memperoleh Filsafat). Empat volume buku juga tentang penggunaan angka India beliau susun dengan judul On the Use of the Indian Numerals (Ketab fi Isti’mal al-‘Adad al-Hindi). Karya ini memberikan kontribusi besar terhadap difusi sistem penomoran India di Timur Tengah dan Barat.

  1. Imam Muslim

Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada tahun 206 H/821 H. Beliau bernama lengkap Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Ward bin Kusyad al-Qusyairi an-Naisaburi. Ayahnya mendidiknya dengan semangat kesalehan dan cinta ilmu yang ia miliki. Imam Muslim memiliki guru yang banyak dengan jumlahnya mencapai 120 orang.

Imam Muslim meninggalkan banyak karya tulis, ilmu yang luas, yang tak layak disia-siakan. Dari sekian banyak karya beliau, ada yang masih ada hingga sekarang. Ada pula yang telah hilang. Di antara karya tulis beliau adalah Ash Shahih (kitab yang paling masyhur), Imam Muslim menghabiskan waktu15 tahun untuk menyusun kitab Shahih-nya.; at Tamyiz; Kitab Amr bin Syu’aib; Al-Intifa’ bi Uhubi as-Siba’; Masyayikh ats-Tsauri; Man Laysa Lahu Illa Rawin Wa Ahadin; Awlad ash-Shahabah; Awham al Muhadditsin; Ath-Thabaqat dan Afrad asy-Syamiyyin.

  1. Umar al-Khayyam

Al-Khayyam merupakan seorang berkebangsaan Persia dan dilahirkan di Nesapor, Iran. Mengenai tanggal lahirnya, ada banyak sumber yang menyebutkan pendapat berbeda. Sejumlah sumber mengatakan Al-Khayyam lahir tahun 440 H (1048 M).

Nama lengkapnya adalah Abu Al-Fath Ghiyats Ad-Din Umar bin Ibrahim Al-Khayyam An-Naisaburi. Al-Khayyam atau Al-Khayyami adalah nama panggilannya ketika masih muda. Karena pada saat masih muda, ia pernah bekerja sebagai tukang pembuat tenda. Khayyam sendiri artinya pembuat tenda.

Al-Khayyam adalah seorang penyair muslim yang besar. Karyanya yang paling fenomenal adalah “Ruba’iyyat Al-Khayyam” atau yang disebut syair empat baris Al-Khayyam. Ternyata, ia juga memiliki kehalian sebagaiseorang matematikawan dan astronomi.

Ada banyak kontribusi besar yang sudah diberikan Al-Khayyam di bidang matematika. Ia berhasil menyelesaikan 13 macam dari berbagai macam persamaan aljabar.

  1. Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd bernama lengkap Abdul Walib bin Muhammad bin Ahmad bin Rusyd di Kordoba, Spanyol. Ia dibesarkan dalam keluarga yang teguh menegakkan agama dan berpengetahuan luas. Ibnu Rusyd belajar matematika, astronomi, filsafat dan kedokteran kepada ilmuwan kala itu. Di duia Barat ia dikenal dengan nama Averroes, karya tulisnya yang terkenal, al-Kulliyat, telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Pemikiran-pemikiran Ibnu Rusyd sangat berpengaruh di negara-negara Eropa, dan banyak dijaki dtingkat universitas. Keilmuan yang dimiliki Ibnu Rusyd adalah bidang filsafat dan kedokteran.

  1. Ibnu Maskawaih

Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub bin Maskawaih. Lahir tahun 941  – 1030 M. Ia seorang ahli sejarah, filsafat dan ahli kimia, penyair juga menjadi julukannya. Ibnu Maskawaih seorang penulis produktif, karyanya antara lain Tartib as-Sa’adah, Tahzib al-Akhlaq, al-Fauz al Kabir/al-Asghar, Tajaribul Umam,

  1. Abu Hasan al-Asy’ari

Nama lengkapnya adalah Abul Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari, lahir tahun 260 H/873 M. Sebagian besar hidupnya di Baghdad. Beliau seorang penulis produktif, sedikitnya 90 karya beliau hasilkan dalam berbagai disiplin ilmu. Dari puluhan kitab tersebut, tiga diantaranya yang terkenal adalah Maqalat al-Islamiyyin; Al-Ibanah ‘an Ushuliddiniyyah dan al-Luma.

  1. Ibnu Jarir ath-Thabary

Dilahirkan di Thabaristan tahun 224 H dengan nama lengkap Abu Ja;far Muhammad bin Jarir bin Yazid bi Ktasir bin Ghalib al-Thabary. Sejak belia sudah menimba ilmukeluar dari kota kelahirannya. Dikenal dengan “bapak sejarawan Wafat di Baghdad tahun 310 H dalam usia 76 tahun.

Ilmu yang beliau kuasai adalah sejarah, ilmu qiraat, tafsir dan hadits. Adapun karya tulisnya adalah kitab tafsir, kitab al-qiraat, al-‘aadadu wat tanzil, kitab ikhtilafu al-‘ulama, tarikh ala umamu wa al-mulk, tarikh al-rijal mina ash shahabah wa la-tabi’in, kitab ahkam syara’i al-islam dan kitab ushuluddin.

  1. Abu Zakaria al-Farra

Abu Zakaria al-Farra lahir di Kufah tahun 144 H pada masa pemerintahan Abu Ja’far al-Manshur. Nama lengkap beliau adalah Abu Zakaria Yahya bin Ziyad bin Abdullah bin Manshur ad-Dailami. Karya yang beliau hasilkan adalah Alatul Kitab, Al-Ayyamu Wa Al-Layali, Al-Baha’, al-Jam’u wa Tanbih fi  Quran, Al-Hudud dan Fakhir fil Amtsal

 

Penutup

Membaca sejarah kejayaan Islam di atas (era Umayyah dan Abbasiyah) mengantarkan kita pada begitu cemerlang dan jayanya Islam di kala itu. Turunan sejarah yang dimulai di era Rasulullah SAW (era aktifnya wahyu turun) sebagai inspirator kejayaan Islam dan spirit kemajuan Islam yang kemudian dilanjutkan peletakkan dasar nilai-nilai bermasyarakat, sosial dan pranata lainnya pada era Abu Bakar Shiddiq, Umar al-Faruq, Utsman Dzun Nurain wal Hijratain dan Ali Karromallahu Wajhah atau era khulafaurrasyidin, sejarah berlanjut kepada dua dinasti ini. Tidak bisa dipungkiri, bahwa ilmuwan muslim dikala itu bukan sekedar hidup untuk hidup, bukan sekedar hidup untuk mempertahankan kehidupan tapi jauh melewati masanya, hidup harus bermakna, salah satu kebermaknaan itu adalah banyaknya karya yang menginspirasi dunia.

Dunia literasi berupa sumbangan dalam soal alih bahasa atau terjemahan dan  penulisan-penulisan ilmu di berbagai bidang menunjukkan bahwa sesusugguhnya dunia literasi bukanlah dunia asing bagi umat Islam. Apapun yang dihasilkan, sumber utama yakni al-Quran Hadits menjadi pegangan utama sehingga apapun karya selalu mendasarkan pada tegaknya Islam dimanapun mereka berada. Di eranya, Islam sebagai sumber perdaban dunia. Dunia Islam adalah Dunia Literasi dan Dunia Literasi adalah Dunia Islam.

 

Referensi

Benson Bobrick, diterj. Indi Aunullah, 2012, The Caliph’s Splendor: Islam and the West in the Golden Age of Baghdad (Kejayaan Sang Khalifah Harun Ar-Rasyid, Kemajuan Peradaban Dunia pada Zaman Keemasan Islam), Pustaka Alvabet: Jakarta

Dar al-‘Ilm, 2011, Atlas Sejarah Islam, Kaysa Media: Jakarta

Gibtiah, 2016, Fikih Kontemporer, Prenadamedia Group: Jakarta

http://hiukece.blogspot.com/2016/11/tokoh-ilmuwan-muslim-pada-masa-bani.html ... 

Read more

PENDIDIKAN 2020 DAN COVID-19

3 May 2020

Oleh: Dewi Ismu Purwaningsih

(Sekretaris 2 PW Pergunu Kalbar / Dosen UNU Kalbar)

Mengutip dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, “Jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang menjadi guru.” Filosofi yang telah ada hampir 100 tahun yang lalu ini mungkin ramalan bagi pendidikan di sekolah pada tahun 2020 ini.

Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sebagai ramalan. Jika selama ini pelaksanaan pendidikan di sekolah berlangsung di kelas. Maka, memasuki tahun 2020 dan di tengah pandemi covid-19, sistem pendidikan dipaksa untuk berubah.

Kurikulum pendidikan Indonesia telah berganti sebanyak 11 kali. Dimulai dari kurikulum peninggalan belanda pada tahun 1947 hingga pada tahun 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mulai menandakan adanya arah perubahan kurikulum.

Berjalan selama dua tahun, pada tahun 2016 kurikulum Indonesia menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pada kurikulum ini, guru diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa.

Adanya revolusi industri 4.0 yang berpengaruh di semua bidang, termasuk bidang pendidikan membuat Indonesia belajar untuk mengubah sistem pendidikan. Pembelajaran tidak hanya dilakukan di ruang kelas.

Pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran membuat pembelajaran berlangsung tanpa batas ruang dan waktu.

Berbagai upaya dilakukan Indonesia untuk mengejar ketertinggalan di bidang pemanfaatan teknologi untuk pendidikan melalui pelatihan dan persiapan sistem pendukung. Belum sempurna sistem pendukung, Pandemi covid-19 mulai melanda Indonesia, memaksa Indonesia untuk menetapkan kebijakan #stayathome.  Semua kegiatan dilakukan di rumah.

Sistem belajar pembelajaran berubah dari di kelas menjadi di rumah. Pembelajaran menggunakan sistem daring. Guru memberikan bahan ajar dan siswa mempelajarinya dari rumah.

Sistem pembelajaran tidak tatap muka mulai menuai kontra pada awal penerapan. Indonesia belum siap dengan sistem ini. Sarana dan prasarana yang belum merata di seluruh Indonesia, dimulai dari ketersediaan jaringan internet hingga perangkat untuk mengakses materi pembelajaran, seperti laptop dan telepon pintar (smartphone).

Selain itu, SDM yang belum siap juga menjadi kendala penerapan sistem baru bidang pendidikan ini. Masih banyak guru dan siswa yang belum memiliki cukup kemampuan dalam mengoperasikan perangkat dan aplikasi pendukung pembelajaran.

Terlepas dari semua itu, nampaknya Covid-19 telah membawa mimpi menjadi terlaksana. Di samping pembelajaran yang dapat terjadi di mana saja, siapapun dapat menjadi guru. Kali ini, guru siswa adalah orang tua. Belajar dari rumah membuat peran orang tua dalam memajukan pendidikan sangat besar.

Orang tua membantu siswa memahami instruksi pembelajaran hingga menyelesaikan tugas. Bahan pembelajaran tambahan dapat diperoleh siswa dari internet, televisi, serta media lainnya, bahkan dari lingkungan sekitar siswa.

Dengan demikian, ‘pandemi’ ini sukses menyambung kembali hubungan antara faktor-faktor pendukung kesuksesan dalam bidang pendidikan. Guru tidak lagi menanggung beban seorang diri sebagai agen pengantar kesuksesan siswa dalam belajar. “Belajar bisa dilakukan dimana saja dan siapa saja bisa menjadi guru.”

“Selamat Hari Pendidikan Nasional”

Read more

GURU MATERIALISTIS

1 May 2020

Oleh Sholihin H. Z., M. Pd. I
(Penulis Ketua PC Pergunu Kota Pontianak/Guru MAN 2 Pontianak)

Profesi apapun sepertinya tidak akan pernah lepas dari aktifitas mengajar, siapapun pernah melakukan aktifitas ini, mengajar dalam arti adanya proses penyampaian informasi atau pengetahuan (transfer of knowledge) yang berlangsung secara dua arah. Faktor yang membedakannya adalah apakah pengajarannya berlangsung secara sistematis, terencana dan untuk sebuah tujuan atau berlangsung begitu saja.
Mengajarkan ilmu merupakan sebuah kemuliaan, dan orang yang dapat mengajarkan ilmu dilihat dari urutannya ia berada pada urutan pertama, dilanjutkan dengan urutan orang kedua yaitu yang menuntut ilmu, jika kedua aktifitas di atas tidak dapat dipenuhi masih ada kemuliaan lainnya yakni senang mendengarkan ilmu, jika tidak juga terpenuhi maka yang paling rendah dan harus ada pada tiap manusia adalah senang bergaul dengan orang yang mengajarkan ilmu (urutan pertama), bergaul sebagai seroang pelajar (urutan kedua), suka menemani orang yang menuntut ilmu (urutan ketiga) dan berteman dengan orang yang senang mendengarkan tambahan ilmu (urutan keempat). Kategori manusia yang merugi adalah manakala ia tidak masuk dalam satu diantara kategori itu. Tidak bisa mengajarkan ilmu, tidak senang menuntut ilmu, tidak menyukai ilmu dan bahkan tidak menyukai semuanya yang berkaitan dengan tambahan ilmu, jelaslah, kerugian yang menimpanya.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, ada satu istilah yang cakupannya lebih luas dari pengajaran yaitu pendidikan. Pendidikan punya makna tidak sekedar transfer of knowledge saja tapi sudah merambah pada transfer of value (perubahan nilai) dan transfer of behavior (transfer perubahan tingkah laku), karenanya orang yang memposisikan diri dan menyatakan diri sebagai seorang pendidik dalam rangka mentransfer nilai-nilai tidak sekedar bahkan tidak dapat dibatasi oleh ruangan yang hanya berukuran 6×7 saja, atau setumpuk buku sebagai pegangan dan kurikulum sebagai acuan. Seorang pendidik sejatinya memahami bahwa tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah anak yang punya kompetensi dan kapabilitas yang berbeda. Sejumlah anak dalam satu kelas mencerminkan sejumlah karakter dan potensi yang akan dikembangkannya. Pada sisi inilah, kegiatan ekstra kurikuler menjadi penting.
Guru menjadi faktor yang paling penting dalam proses transformasi nilai-nilai, kurikulum apapun yang dijadikan acuan, selengkapnya apapun media jika tidak dikendalikan dan dimediasi oleh guru, maka tujuan institusi dari lembaga itu sulit untuk tercapai. Menurut Anies Baswedan, seorang guru mesti menguasai dua konsep dasar yaitu kepengajaran (pedagogi) dan kepemimpinan. Seorang guru harus mengerti dan dapat mempraktekkan dasar-dasar pedagogi yang efektif. Faham tentang metode dan strategi, penguasaan kelas, hingga pola pikir yang konstruktif agar tujuan pendidikan tercapai. Demikian juga dalam hal kepemimpinan, menjadi hal yang tidak terelakkan bagi seorang guru, saat ia berkomunikasi di kelas akan nampak sekali jiwa kepemimpinan seorang guru, adanya job description yang jelas dan pembagian peran yang terarah menunjukkan guru memainkan peranan yang urgen dalam hal kepemimpinan di kelas.
Munif Chatib (2014: 56) -seorang konsultan pendidikan, penulis bestseller Sekolahnya Manusia- mengatakan jika dilihat dari kemauan guru untuk maju, maka ada tiga jenis guru yaitu guru robot, guru materialistis dan gurunya manusia.
Jenis guru yang pertama, guru robot, yakni guru yang bekerja seperti robot. Mereka hanya masuk kelas, mengajar lalu pulang. Tidak peduli dengan siswa yang lamban menerima pelajaran, cuek dengan keadaan sekolah, “itu bukan urusan saya …” adalah beberapa indikasi guru dengan tipe ini. Karena tidak peduli dan jika bekerja sesuai instruksi tanpa imajinasi dan kreasi, maka jenis guru ini dikategorikan guru robot.
Jenis kedua adalah guru materialistis, guru dengan tipe ini menurut Munif Chatib adalah guru yang mindset nya selalu melakukan perhitungan, mirip dengan aktifitas jual-beli. Apa yang mereka lakukan adalah dikarenakan apa yang mereka terima dan harus impas, tidak kurang tidak lebih. Artinya kewajiban baru akan dilaksanakan –tidak lebih- jika hak telah diterima. Gaya bahasa guru dengan tipe ini adalah, “Cuma digaji sekian saja, kok mengharapkan saya total dalam mengajar, jangan harap ya”.
Guru yang ketiga diistilahkan dengan gurunya manusia, guru yang dimaksud adalah guru yang punya keyakinan bahwa satu saat apa yang disampaikannya akan memberikan manfaat bagi anak didiknya di kemudian hari. Guru dengan tipe ini adalah guru yang memiliki mindset tidak boleh ada kata berhenti untuk belajar, guru harus tetap belajar, punya kemauan untuk belajar, karena keberhasilan yang diperoleh pasti berasal dari adanya kemauan, dan kemajuan sekolah salah satunya adalah karena adanya kemauan guru untuk maju.
Idealnya adalah guru jenis yang ketiga, bahwa gaji yang diterima adalah sebagai penopang kebutuhan hidup, namun yakin akan adanya pintu rezeki lain yang akan menghampirinya dikarenakan kesediaan, kesetiaan bahkan keikhlasan terhadap profesi ini.
Mengakhiri tulisan ini, sebuah kisah yang mudah-mudahan menginspirasi pembaca –sebagaimana ditemukan dalam bukunya Komaruddin Hidayat, Penjara-penjara Kehidupan (2016: 227). Di suatu desa terdapat seorang ustadz yang cukup disegani, ia terkenal dengan orang yang rajin bershadaqah. Didorong oleh rasa hormat kepada ustadz tersebut, seorang warga desa mendatangi ustadz untuk memberikan buah tangan atau hasil palawija berupa singkong, pepaya dan sayur-sayuran. Kepada ustadz ia berucap, “Ustadz, ini saya bawakan hasil kebun saya, mudah-mudahan Ustadz sudi menerimanya”, Ustadz itupun terharu dengan kepolosannya sehingga menggerakkan hatinya untuk membalas kebaikan itu dengan kebaikan pula sambil mendoakan smeoga hasil panen warga tersebut semakin berlimpah. Kepada warga desa yang telah menghadiahinya hasil panen, sebagai ucapan terimakasih Ustadz membalas kebaikannya dengan memberikan seekor kambing yang gemuk, dengan harapan mudah-mudahan dapat beranak-pinak dan sehat-sehat.
Betapa gembiranya warga tersebut karena dihadiahi seekor kambing, hal yang di luar dugaannya. Berita kebaikan ustadz ini tersebar hingga sampai pada salah satu warga lainnya sambil berpikir, kalau saja tetangganya bershadaqah singkong kepada Ustadz diberi balasan seekor kambing, bagaimana kalau sekiranya ada orang yang bershadaqah kambing, kemungkinan sapi yang akan diberi Ustadz. Keesokan harinya datanglah warga tersebut ke rumah Ustadz sambil membawa seekor kambing, “Semoga ustadz akan membalasnya dengan memberi hadiah seeokor sapi pada saya,” bisiknya dalam hati. Saat menerima kambing itu, Ustadz pun berujar, “Terimakasih atas kebaikan hatimu. Sekadar sebagai tanda terimakasih, ini saya hadiahkan sekeranjang singkong dan pepaya, pasti anak dan isterimu akan senang”.
Betapa kecewanya warga tersebut, apa yang diharapkannya tidak sesuai apa yang terjadi dan ia harus membawa pulang sekeranjang singkong dan pepaya.
Kisah di atas, mengajarkan kepada kita bahwa keikhlasan merupakan sumber kekuatan dan kebahagiaan hidup. Dengan ikhlas tidak ada caci maki, dengan ikhlas tidak ada tidak ridho terhadap apapun yang diterima, dengan ikhlas tidak akan muncul sikap haus pujian dan merana karena bentakan hinaan. Semoga**

Read more

Ketua PC PERGUNU Kota Pontianak Luncurkan E-Books Kultum Kontemporer 1441 H

1 May 2020

Seakan tiada habis daya kreasi dari Pergunu Kota Pontianak, untuk yang kedua kalinya, Sholihin H. Z. Ketua PC Pergunu Kota Pontianak meluncurkan karya tulisnya dalam bentuk e-books dengan judul Kultum Kontemporer 1441 H. Menurut penulis, karya ini merupakan e-books yang kedua, sebelumnya adalah e-books “Yang Sedikit Yang Menginspirasi” terbitan Pustaka Rumah Aloy.

Khusus untuk e-books kedua ini menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini, karenanya ada beberapa tulisan yang sangat kekinian seperti tema “Angkuhmu-CoronaKU”, “Mengapa Kita Dilarang Oleh Agama (1 & 2)”, namun menurut Sholihin H. Z. yang menjadi tema umum tetap khas dengan materi kultum pada umumnya.

Bagi teman-teman yang ingin mengetahui ide dan gagasan penulis silakan kunjungi di http://t.me/Gudang_Ebooks // Kumpulan Materi Kuliah Tujuh Menit KONTEMPORER.

Demikian pungkas guru MAN 2 Pontianak.

Read more

Men-silent-kan Ibadah

29 April 2020

Oleh Sholihin H. Z.*

(Penulis Buku: Ku Ingin, Semua Pintu Surga Memanggilku/Ketua PC Pergunu Kota Pontianak)

Segala aktifitas yang diniatkan karena penghambaan pada Allah SWT sejatinya adalah ibadah. Ibadah menjadi item tersendiri dalam khazanah keislaman, karenanya ibadah digolongkan sebagai konsep penghambaan manusia (makhluq) kepada pencipta manusia (khaliq). Ibadah juga dapat dilihat sebagai media memahami, mengenali dan menyatakan ketundukan kepada Khaliq.

Pertanyaannya adalah apakah ibadah itu perlu diekspos atau dinyatakan dengan  perilaku, sehingga dapat disaksikan oleh siapapun? Sebelum menjawab pertanyaan ini. Imam Ghazali menyebutkan, “Seseorang tidak disebut berilmu bila hanya sibuk menghafal (teks) tanpa memperhatikan filosofi dan rahasia-rahasia di dalamnya”. Ungkapan Hujjatul Islam ini menunjukan bahwa ibadah yang dilakukan hendaknya tidak hanya berhenti pada sejauh mana merapat dan meluruskan shaf saat sholat. Ibadah bukan hanya diartikan zakat dan shadaqah pada bulan Ramadhan saja, bahwa haji bukan sekedar menghafal bacaan-bacaan saat berlangsungnya prosesi tersebut. Sederhananya, zikir dengan mengucapkan tasbih, tahmid dan takbir hendaknya tidak berhenti pada usai sholat saja, pesan yang disampaikan dan ini yang esensial yakni sejauh mana nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah itu mampu ditransfer dalam keseharian sehingga memiliki implikasi sosial dan bermakna keumatan.

Dari lima rukun Islam yang ada, ada yang sirr dan jahar. Tersembunyi dan nampak. Ibadah tersembunyi mengajarkan keikhlasan dan hanya Allah yang Maha Tahu. Ibadah yang nampak mengajarkan memotivasi dan menginspirasi sekitar kita untuk berbuat lebih baik dan menjaga hati. Bukankah kemuliaan satu sifat akan nampak jika dihadapkan pada kondisi sebaliknya? Dari sisi lain, aktifitas yang dilakukan dapat dinilai sebagai sebuah identitas. Bukankah identitas harus dinampakkan? Seorang yang sholat berjamaah di masjid adalah identitas, memakai pakaian yang menutup aurat adalah identitas, ucapan kalimat thoyyibah adalah identitas. Begitu pentingnya identitas sehingga Rasulullah SAW kelak akan mengenali umatnya dari identitas yang ada yakni dari air wudhu. Bagaimana mereka yang tidak punya identitas?

Jika kita mau jujur, sesungguhnya kita ingin ibadah kita diketahui dan dikenali orang. Disinilah letak persoalannya, karena memang sifat manusia senang memperlihatkan kelebihan yang ada padanya. Namun sejalan dengan bertambahnya usia, bertambahnya ilmu dan bertambahnya perjalanan hidup, personal branding itu sedikit demi sedikit akan mulai kabur dan selanjutnya seperti yang disampaikan oleh Sayyidina Umar bin Khaththab bahwa seorang yang baru belajar maka hendaklah berhati-hati bahwa ia sedang memasuki pintu kesombongan, ini level pertama, dengan bertambahnya ilmu dan pengalaman hidup maka sikap tawadhu akan mengitarinya, ini level kedua, dan jika sudah terasah, ia akan berkata, “saya tidak punya apa-apa, hanya sedikit yang dimiliki”, inilah level ketiga.

Keikhlasan beribadah berkaitan dengan suasana hati, ketulusan inilah yang menjadi barometer tinggi rendahnya nilai sesorang di hadapan Allah. Karenanya menyembunyikan ibadah menjadi penting jika dilihat dari sisi ini. Tidak perlulah jika dikatakan, “mau ngaji dulu ah”, atau selfi saat beribadah sebagai bukti fisik bahwa kita sedang “dekat dengan Allah”, atau dengan menulis status, “alhamdulillah, segarnya mandi dini hari dilanjutkan dengan tahajjud”. Ketahuilah, iblis sangat lihai menumpang aktifitas kita sehingga yang muncul adalah ‘ujub, takabbur dan sejenisnya. Rasulullah SAW menyebutkan “Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka mengasingkan diri.” (HR. Muslim no. 2965, dari Sa’ad bin Abi Waqqash). Mengasingkan diri bermakna amalannya sering tidak ditampakkan pada orang lain. Dapat difahami, ini adalah dalam rangka menjaga hati.

Ibadah yang dilakukan dengan sengaja untuk dilihat atau didengar orang lain, akan dapat membatalkan amal yang kita lakukan, Allah SWT memgingatkan dalam QS. 2: 264: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.”

Akhir tulisan ini, penulis sertakan doa Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang termaktub dalam Riyadhus Shalihin:

اللهم اغفرلى ذنبى كله دقه وجله واوله واخره وعلانيته وسره

“Ya Allah, ampunilah dosaku, yang kecil dan yang besar, yang dahuludan  yang akan datang, yang terang-terangan maupun yang tersembunyi”.

Semoga*

Read more

Ketua Pergunu Kota Pontianak Sosialisasikan Hasil Live Rakornas

26 April 2020

Bertemakan “Bersinergi Membangun Organisasi Secara Berkelanjutan”, berlangsung Talk Fusion Live Meeting, 17 April 2020 oleh PP Pergunu bersama Pergunu Wilayah. Dari hasil ini diteruskan kepada PC dalam hal ini dari PW Pergunu Kalbar kepada PC-PC se Kalimantan Barat.
Adapun hasil Rakonas Pergunu beberapa waktu lalu -sebagaimana disampaikan Ketua Pergunu Kota Pontianak- antara lain:
1. Menginstruksikan kepada guru-guru Pergunu untuk mengaktifkan dirinya melalui Simas Pergunu;
2. Menghimbau guru-guru Nukhususnya Kota Pontianak untuk optimalisasi penggunaan website www.pergunu.or.id dengan mengirimkan artikel, opini maupun berita Pergunu; untuk PC. Pergunu Kota Pontianak, silakan mengunjungi https://pcpergunupontianak.blogspot.com/.
3. Mempromosikan Pergunu kepada pihak-phak terkait sesuai dengan daerah kerja masing-masing.;
4. Membantu PW Pergunu Kalbar c.q. Pergunu Kota Pontianak mengingat Pergunu yang masih 0 – s.d 50 orang database Anggotanya, diberikan kesempatan untuk terus mengisi hingga akhir April 2020, jika masih belum ada pergerakan akan dipertimbangkan SK kepengurusannya, fasilitas beasiswa dari PP, keikutsertaan dalam kegiatan kerjasama pergunu.
Pada kesempatan ini juga, mengingat semakin dekatnya Ramadhan sebagai bulan penempaan diri dan bulan ampunan maka, “kami PC Pergunu Kota Pontianak mengucapkan, Selamat Melaksanakan Ibadah Puasa di Bulan Ramadhan Semoga Allah SWT Memberikan Kekuatan Lahir dan Bathin Sehingga Ramadhan Kita Lebih Bermakna dan Bernilai Sosial”. Demikian ujar Sholihin H.Z. Ketua PC Pergunu Kota Pontianak.**

Read more

PC Pergunu Singkawang Provinsi Kalimantan Barat Berbagi #Pergunu Peduli

26 April 2020

Situasi dan kondisi seperti saat ini, menggerakan setiap insan atau kelompok untuk peduli pada orang lain. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh PC Pergunu Singkawang Provinsi Kalimantan Barat.
Rumah Tahfizh al-Ikhwan Singkawang yang dikelola oleh Suhadi, S. Pd yang juga Ketua PC Pergunu Singkawang menjadi Posko Peduli Covid-19 Wilayah Singkawang.
Posko yang dibentuk sebagai sikap aktif Pergunu ini melayani penerimaan dan penyaluran bantuan berupa sembako, masker, alat penyemprotan dan sebagainya.
Informasi yang diterima bahwa barang-barang ini akan didistribusikan kepada buruh, kaum dhuafa, guru ngaji dan anak-anak yatim .
Suhadi dalam informasi yang disampaikannya bahwa pembagian sembako difokuskan pada lima kecamatan di Singkawang, “hanya untuk tahap awal baru tiga kecamatan yang dapat didrop bantuannya yaitu Singkawang Selatan, barat dan Utara. Selain itu, kami juga berencana akan menyalurkan pakaian medis untuk rumah sakit atau Puskesmas di wilayah kami dengan harapan semoga bermanfaat.“ Demikian pungkas Ketua PC Pergunu Singkawang. ** (Shol-HZ)

Read more
Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor