-
-
-
-
Jadi guru harus ikhlas dalam mendidik karena tanggungjawabnya dunia akhirat. Jadilah guru terbaik atau tidak sama sekaliJadi guru harus ikhlas dalam mendidik karena tanggungjawabnya dunia akhirat. Jadilah guru terbaik atau tidak sama sekaliJadi guru harus ikhlas dalam mendidik karena tanggungjawabnya dunia akhirat. Jadilah guru terbaik atau tidak sama sekaliJadi guru harus ikhlas dalam mendidik karena tanggungjawabnya dunia akhirat. Jadilah guru terbaik atau tidak sama sekali"Jadi guru harus ikhlas dalam mendidikkarena tanggungjawabnya dunia akhirat.Jadilah guru terbaik atau tidak sama sekali"Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim , M.AKetua Umum PP PERGUNU
Berita Terbaru
Tegal, PP Pergunu Di era modern, para guru harus memaksimalkan dua macam Kurikulum: Pertama, kurikulum untuk mencerdaskan akal atau otak. kedua : kurikulum untuk mencerdaskan ruh atau bathin yang dalam pesantren berpegang pada kitab ta’limul mu’tallim. Karena kecerdasan otak saja, akan sia-sia, jika tidak dibarengi dengan kecerdasan ruhaniyah. Tegas DR KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA pengasuh pesantren Balekambang Jepara Jateng, dalam tausiyah di sela-sela acara pelantikan pengurus cabang PERGUNU /Persatuan Guru NU, kabupaten Tegal periode 2023-2028 di Hotel Grand Dian Slawi (Jumat 24 /11/2023). Contohnya? Lanjut Gus Nasrul- sapaan akrab nya-. Banyak anak-anak sekolah di luar pondok pesantren, mereka pada berprestasi, ranking kelas, tapi begitu lulus , mereka ramai-ramai mengambil cat, menyemprot seragamnya dan seragam teman-temannya, hingga mencoret-coret gedung sekolahnya, balapan liar, bahkan pesta minuman keras, hingga sex bebas. Itu menandakan mereka kosong bathin atau ruhnya dari pendidikan. Untuk mencegah itu semua, karenanya harus selalu beriringan antara kurikulum otak dan kurukulum ruh. “ tegas Gus Nasrul yang juga jajaran ketua pusat PERGUNU itu. Dalam kesempatan tersebut, Gus Nasrul juga mengutip opini ulama besar dari Tunisia Syeikh Thohir Asyur, dalam kitabnya : An-nidhomul ‘Ijtimai Fil -Islam. Bahwa metode pendidikan, harus selalu melakukan perbaikan, sesuai dengan kebutuhan jaman. Tegas Gus Nasrul, wakil katib PWNU Jateng tersebut. Ia mencontohkan, univeresitas al-Qurawiyin Maroko, sebagai universitas tertua di dunia, lebih tua dari universitas az-zaitunah, lebih tua dari Universitas oxpord, jauh lebih tua dari Universitas al-azhar Mesir, awalnya universitas al-Qurawiyin, merupakan pengajian tradisionalis, di teras masjid, selanjutnya mengalami expansi menjadi madrasah tradisional, hingga menjelma menjadi universitas, tutur Gus Nasrul wakil ketua komisi kerukuan antar Ummat beragama MUI pusat, yang juga doktor alumnus universitas al-Qurawiyin Maroko, itu. Gus Nasrul juga sempat mengutip nasihat Mbah Wahab Hasbulloh (Pendiri NU) Pada Kiyai Afandi (Ayahnya Gus Nasrul) saat dulu kiyai Afandi selesai belajar di pesantren Tambakberas Jombang, pamit mau boyong, untuk muqim di rumah. Ketika itu, mbah Wahab berpesan: “Kalau nanti kamu di tengah masyarakat, mengajar ngaji, ngajarkan ilmumu, maka gunakan 60 atau 70 %, waktumu untuk bekerja, sedangkan sisanya untuk mengajarkan ilmumu”, ketika itu Mbah Wahab ditanya. Kok waktu bekerjanya lebih banyak? Sedangkan untuk mengajarnya adalah sedikit? Mbah wahabpun menegaskan, iya, supaya kamu Afandi punya duit untuk menafkahi keluargamu, sehingga kamu mengajarkan ilmumu ikhlas, mengajar bukan karena tujuan nyari duit”, demikian kisah Gus Nasrul tentang nasihat Mbah Wahab pada orang tuanya. Di penghujung, Gus Nasrul juga berpesan, secara khusus, para guru NU, harus tetap mengoptimalkan ajaran aqidah ahlussunah wal jamaah anh-nahdliyah, karena semakin gencarnya wahabisasi. Bahkan aqidah an-Nadliyah saja tidak cukup, tapi harus disertai al-Tebuirengiyah(nuansa pesantren Tebuireng, red), candanya. Seraya disambut tawa yang hadir. Sedangkan H Muhroyani, M.Pd.I (Ketua Pergunu Cabang Kabupaten Tegal) yang baru dilantik, Ia menegaskan: semoga PERGUNU menjadi sarana pengabdian para gunu, khususnya pada Jam’iyyah Nahdlatul Ulama, dan pada bangsa Indonesia umumnya. Ia juga berhartap, kedepan Pergunu cabang kabupaten Tegal, semakin maju. Berperan aktif menjadi wadah kreativitas para guru. Hadir dalam kesempatan itu, Drs. H. Junaedi, M.Pd (Sekretaris) dan wakil sekertaris PW PERGUNU Jateng. Sejumlah tokoh NU setempat, para tamu undangan, para pejabat , dan hadir juga anggota DPR RI Hj. Nadhifah.
Jakarta, PP Pergunu Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) Achmad Zuhri menyampaikan bawa untuk menjaga martabat guru diperlukan panduan moral normatif praktis bagi guru berupa Kode Etik Guru Indonesia. Ia berharap dapat menjadi panduan pendisiplinan diri dan standar moral dalam menjalankan tugas profesinya secara profesional. Hal itu disampaikan Zuhri saat memberikan materi Etika Profesi Guru Nahdlatul Ulama pada kegiatan Pendidikan Kader Guru Nahdlatul Ulama (PKGNU) angkatan pertama bekerjasama dengan Universitas Terbuka (UT) yang dilaksanakan di Aula Serbaguna UT Jl. Pondok Cabe Raya, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten pada Ahad (12/11/2023). “Kode Etik Guru Indonesia dimaksudkan untuk memperkuat profesionalitas guru sekaligus melindungi guru dalam menjalankan profesinya. Melalui kesadaran etik ini akan menuntun guru untuk tetap berada pada posisi jalan yang lurus, jauh dari penyelewengan kewenangan dan mendorong guru untuk lebih bijaksana dalam mengambil sikap profesionalnya,” kata Zuhri. Lebih lanjut, Zuhri menjelaskan Kode Etik Guru Indonesia ini bersumber dari Pancasila dan menyerap nilai-nilai universal yang berlaku di seluruh dunia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Menurutnya, Pancasila merupakan pandangan hidup bagi bangsa Indonesia yang dijadikan sumber nilai utama dalam mengembangkan kapasitas guru untuk menjadi lebih toleran, humanis, nasionalis, demokratis dan adil. “Dengan memiliki kapasitas tersebut, guru dapat memiliki keterampilan yang baik dalam mengajar, berpengetahuan luas, bijaksana dalam membuat keputusan dan mampu menjalin hubungan sosial dengan baik terhadap sesama.” ungkap Zuhri. Dosen UIN Jogjakarta itu menjelaskan bahwa pada akhirnya dapat disadari guru adalah kurikulum berjalan. Sedangkan fokus utama pembelajaran diharuskan kepada peserta didik. Ia juga berharap melalui kegiatan PKGNU ini dapat menjelaskan kepada dinas pendidikan setempat bahwa Pergunu dapat berkiprah terhadap pendidikan Indonesia. “Harapannya guru-guru NU khususnya yang lulus pengkaderan ini kemudian juga bisa memberikan penjelasan kepada dinas pendidikan kota, kabupaten, provinsi bahwa organisasi guru Pergunu ini adalah salah satu organisasi yang berkiprah besar terhadap pembangunan pendidikan nasional,” ujar Zuhri. Kegiatan PKGNU angaktan pertama ini diikuti oleh 100 peserta dari tingkatan PP, PW dan PC se-Jabodetabek selama tiga hari Jumat – Ahad 10-12 November 2023. Kegiatan tersebut merupakan kaderisasi formal Pergunu yang nantinya akan berlanjut di setiap wilayah Indonesia. Penulis : Erik Alga Lesmana
Jakarta, PP Pergunu Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) melaksanakan Pendidikan Kader Guru Nahdlatul Ulama (PKGNU) untuk angkatan pertama. Kegiatan kaderisasi formal di tubuh Pergunu ini merupakan amanah Peraturan dasar dan Peraturan Rumah Tangga (PD dan PRT) serta Peraturan Organisasi (PO) Pergunu. Penanggungjawab Kaderisasi, Aris Adi Leksono dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan kaderisasi formal ini dilaksanakan sebagai ikhtiar cerdas Pergunu untuk melahirkan kader-kader yang militan, profesional dan berdedikasi terhadap Pergunu dan bertanggungjawab terhadap profesinya Menurutnya, dengan melaksanakan kaderisasi formal, setiap pengurus dan anggota Pergunu akan mampu mematuhi dan melaksanakan kebijakan serta visi misi organisasi dengan baik. “Tanpa dilakukannya kaderisasi sebuah organisasi tidak akan dapat bergerak melakukan tugas keorganisasiannya dengan baik” ujar Aris pada pembukaan PKGNU di Aula Serbaguna Universitas Terbuka (UT) Jl. Pondok Cabe Raya, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten pada Jumat (10/11/2023). Sekretaris Umum PP Pergunu itu berharap bahwa melalui kegiatan kaderisasi dapat memiliki loyalitas dan dedikasi terhadap pengembangan organisasi. Lebih lanjut ia mengatakan, lima tujuan penting dari pelaksanaan kaderisasi formal ini yaitu: 1) setiap kader Pergunu diharapkan dapat memiliki wawasan ke-NU-an dan Ke-Pergunu-an, 2) setiap kader Pergunu memahami keorganisasian (Pergunu) dan keorganisasian profesi pendidik lainnya. 3). Setiap kader Pergunu dapat memahami wawasan kebangsaan dan kebinekaan 4) setiap Kader Pergunu dapat memahami Nilai-nilai Modereasi Beragama dan terakhir 5) setiap kader Pergunu diharapkan memiliki jiwa dan mental teacherpreneurship “Loyalitas dan dedikasi tidak untuk dirinya sendiri maupun Pergunu. Tetapi untuk NU, bangsa dan negara. Untuk itu, semua pengurus Pergunu wajib mengikuti kaderisasi formal tersebut sehingga nantinya lahir kader terlatih dan berdedikasi tinggi,” ungkap Aris. “Kita sekarang sedang melakukan pengkaderan, kami mengingatkan dan mewanti wanti ibu dan bapak untuk dapat mengikutinya dengan sungguh-sungguh, wajib mengikuti semua materi sesuai kurikulum tanpa hadir telambat, ini penting karena terlambat saja satu materi, kami persilahkan ibu dan bapak untuk pulang kerumah duluan”, ujar Aris. Dewan Penasehat PP Pergunu KH As’ad Said Ali menyampaikan bahwa dalam menjalankan organisasi harus mengetahui lawan atau tantangan, kekuatan dan kelemahan. Ia juga menekankan untuk tidak merasa kuat sekalipun jumlahnya cukup banyak. Menurutnya, itulah sebuah prinsip yang harus diketahui. “Dalam menjalankan organisasi kita harus mengetahui lawan dan tantangan, baru setelah itu harus mengetahui solusi setiap menghadapi tantangan. Kita tidak boleh menganggap kita sudah kuat, tetapi kita harus mengetahui kekuatan dan kelemahan kita sebagai ormas. Itulah prinsip yang harus ada pada diri kita,” ungkap Wakil Ketua BIN era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu. Hadir dalam pembukaan PKGNU, Ketua PP Pergunu Bidang Kaderisasi Heri Kuswara, Ketua PP Pergunu Bidang Peningkatan Kompetensi Guru Achmad Faozin, Dewan Pakar Mas’ud Adnan, Romi Siswanto mewakili Rektor UT. Kegiatan PGNU angkatan pertama ini diikuti oleh 100 peserta dari tingkatan PP, PW dan PC se-Jabodetabek dan sekitarnya. Kegiatan ini dilaksankan selamat tiga hari Jumat-Ahad tanggal 10-12 Nopember 2023 dan nantinya akan berlanjut di seluruh wilayah di Indoensia. Penulis : Erik Alga Lesmana
Jakarta, PP Pergunu Sabtu, 9 September 2023 Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) menyelenggarakan Bimtek IKM Seri 9 digelar secara daring melalui zoom meeting. Dengan mengambil tema yang sangat luar biasa yaitu Specta Platform Merdeka Mengajar, Si Kurma dan Chanel NU Online dalam produktivitas pembelajaran di sekolah dan Madrasah. Kegiatan ini diselenggarakan oleh PP Pergunu yang mana terdapat ciri khas atau tradisi sebelum dimulainya kegiatan inti, diadakan doa dan tahlil bersama untuk para leluhur, pejuang pendidikan, pembesar NU serta semua ahli kubur dari para peserta bimtek. Ketua panitia, Faozin, dalam sambutannya mengatakan, “tahlil menjadi tradisi kegiatan ini sekaligus menjadi khasanah kerohanian kita dan memberi kemanfaatan bagi yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia”. Lebih lanjut, Faozin menjelaskan bahwa PMM belum maksimal dalam pemanfaatannya maka perlu di support agar tidak dijadikan sebagai beban. Dari situ, NU harus bisa memanfaatkan potensi, salah satunya dengan diadakannya Bimtek ini dan adanya Chanel NU Online. Mengutip dari bapak Presiden Jokowi “karya generasi NU sudah mendunia, karya anak bangsa sangat luar biasa, perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan menjadi kontribusi untuk bangsa Indonesia ini”, kata Faozin menirikutan Presiden Jokowi. Peserta yang mendaftar dalam kegiatan bimtek ini berjumlah 365 orang dan yang sudah bergabung dalam zoom meeting 135 orang dan akan terus bergulir, pungkasnya. Sambutan selanjutnya dari DPD RI (Abdul Kholik), “Pergunu dari waktu ke waktu sangat konsisten, sebagai upaya selain untuk silaturrahmi, juga untuk pembelajaran dan peningkatan kualitas para guru dari semua tingkatan, tentu ini jadi sebuah apresiasi dan DPD RI selalu terbuka untuk berkolaborasi” terangnya. Turut hadir dan membuka acara bimtek ini yaitu Wakil Ketua Umum PP Pergunu (Ahmad Zuhri) dengan kalimat pengantarnya “Acara pergunu ini membentang sepanjang garis katulistiwa karena diikuti dari berbagai daerah di ujung Indonesia, menujukkan hikmat pergunu untuk pengembangan SDM tiada henti, tentunya saya sangat mengapresiasi kegiatan ini karena hal ini merupakan salah satu amanah yang disampaikan dari hasil Kongres dan Rakernas Pergunu, yang berfokus pada pengembangan kompetensi guru, Pergunu tidak anti perubahan, dan yang menjadi pertanyaan apakah kita akan memanfaatkan teknologi atau malah kita yang akan dimanfaatkan oleh teknologi”, ujarnya. Masuk pada acara inti dengan narasumber pertama yaitu Bapak Dakroni, S.Kom.,M.M.SI, menjelaskan bahwa : Eksplorasi PMM Pelatihan Pusat secara online ini banyak manfaatnya diantaranya para guru bisa melakukan Pelatihan Mandiri, mendapatkan referensi mengajar dari sekolah-sekolah terbaik/percontohan, bisa mengaodpsi materi, berkomunitas bersama guru hebat lainnya, mengunggah dan berbagi bukti karya, dan lain sebaginya. Materi bahan ajar ini sudah melalui kurasi, banyak informasi tambahan dari PMM ini, ada fitur baru yaitu dapat mempelajari bahan ajar tanpa diunduh terlebih dahulu. Jika PMM diupdate, maka muncul konten-konten unggulan, dan yang baru di PMM yaitu Kategori pada Ide Praktik yang memudahkan dalam memilih konten berdasarkan kategori topik dan setiap kategori mencakup konten cerita praktik, bukti karya atau video inspirasi yang berkaitan dengan topik pilihan. PMM akan terus diupdate dan dikembangkan agar materinya lengkap. Terdapat juga Apresiasi GTK, Uji Kompetensi Kepala Sekolah dan lain sebaginya yang dengan sangat mudah bisa di akses melalui Platform PMM tersebut, PMM ini sudah dibuat sangat canggih namun pemanfaatannya yang masih kurang, jelasnya. Sebagai kalimat penutupnya dengan mengutip dari perkataan Iwan Syahril, “Teknologi tidak akan pernah menggantikan guru-guru yang baik, tapi teknologi bisa membantu guru-guru kita untuk mencapai tujuan-tujuan dengan lebih baik”. Untuk narasumber kedua yaitu Aldi Rizki Khoiruddin, S.H., sharing terkait NU Online. Website NU Online berada di Jakarta, namun untuk kantor produksinya ada di Semarang. Tim NU Online sangat membuka diri untuk membangun NU Online untuk lebih baik lagi kedepannya. Mengawali dengan kata-kata fenomenal yang diperolehnya “Metode Pembelajaran jauh lebih penting daripada materi pembelajarn, tetapi guru jauh lebih penting daripada metode pembelajaran. Dan Jiwa (ruh) seorang guru lebih penting daripada guru itu sendiri”, terangnya. NU Online mengarah ke hal-hal yang tematik, dengan menyediakan platform yang ramah yang bisa diakses untuk semua kalangan. NU Online sudah merambah di youtube, instagram, snack video, tiktok dan medsos lainnya. Sebagai contoh NU Online di youtube ada beberapa tema-tema keagamaan seperti belajar tajwid, tentang haid, tata cara wudhu, materi-mteri pesantren, haji dan umrah, dzikir, doa-doa dan lain sebagainya yang bisa di akses dengan mudah. Selain Website NU Online, terdapat juga Super App NU Online dengan fitur : alquran, tahlil, wirid dan doa, maulid, jadwal shalat, zakat dan sedekah, arah kiblat dan lain sebagainya. Di akhir paparannya diambil kesimpulan “Peran media pembelajaran menjadi niscaya di era disrupsi, dengan itu rintisan yang dimunculkan oleh kerja kreatif menjadi prakarsa yang semakin membesar bagi bola salju, manfaatnya dirasakan oleh masyarakat luas, pungkasnya. Di akhir acara dibuka sesi tanya jawab kepada kedua narasumber dan ditarik kesimpulan bersama, setelah semuanya tersampaikan. Kemudian acara ditutup oleh MC/Moderator (Tri Muryani) dengan penuh hikmat. (Rahmat Sarjito)
Jurnal Guru Terbaru
Jakarta, PP Pergunu Oleh : Muhammad Imam Styawan* ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kemampuan membaca peserta didik, (2) Peran guru dan orang tua pada minat belajar dalam kemampuan membaca peserta didik, (3) Faktor pendukung dan penghambat guru dan orang tua pada minat belajar dalam kemampuan membaca peserta didik. Jenis penelitian ini yaitu kualitatif dengan metode atau pendekatan studi kasus Berdasarkan hasil penelitian ini yaitu: (1) Kemampuan membaca peserta didik tergantung dari kemauan peserta didik untuk belajar membaca. Hal ini disebabkan karena adanya faktor orang tua, keluarga dan kesadaran siswa masih rendah dalam belajar membaca. (2) Peran guru pada minat belajar dalam kemampuan membaca siswa yaitu yaitu guru sebagai organisator, guru sebagai fasilitator, guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing dan guru sebagai motivator. Kata Kunci: Peran Orang Tua dan Guru, Minat Belajar, Kemampuan Membaca. A. PENDAHULUAN Menurut Rulam Ahmadi (2014:38) bahwa pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan segala potensinya, baik jasmani (kesehatan fisik) dan ruhani (pikir, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani) yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang berlangsung secara terus-menerus guna mencapai tujuan hidupnya. Pendidikan sebagai wahana pembudayaan harus mampu melahirkan insan berbudaya dan beradab, yang dapat mengembangkan kecerdasan pikiran (olah pikir), kreativitas karsa (olah karsa), dan ketangkasan olahraga (olah raga). Dengan kata lain, pendidikan sebagai proses pertumbuhan kapabilitas berbudaya dan beradab itu adalah pendidikan budi pekerti atau pendidikan berkebudayaan. Lewat proses pendidikan yang berkebudayaan, anak-anak sebagai benih harapan itu bisa tumbuh menjadi pohon yang sehat, dengan akar yang menghunjam dalam, batang pohonnya tinggi menjulang, cabang dan rantingnya terjurai rapi, daun yang rindang, dan buah yang lebat-bernas. Akar yang kuat adalah karakter yang tangguh; batang yang tinggi menjulang adalah wawasan pengetahuan yang luas; cabang dan rantingnya adalah kompetensi dan kreativitas tata kelola; daun yang rindang adalah kemampuan kerja sama semangat bhinneka tunggal ika; sedang buah yang lebat-bernas adalah kreativitas yang bermanfaat bagi diri dan sesama (Yudi Latif, 2020: 27). Pendidikan sebagai basis utama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Peserta didik harus memiliki karakter yang baik dan jiwa yang sehat. Yang diibaratkan sebagai pohon yang memiliki akar yang kuat; batang yang tinggi menjulang; cabang dan ranting; daun yang rindang; serta buah yang lebat. Sehingga mampu menjawab tantangan zaman yang semankin canggih dan berkembang. Perhatian utama dalam pendidikan mengarah pada peserta didik. Peserta didik merupakan anak didik yang butuh bimbingan dan arahan seorang guru. Keberhasilan peserta didik adalah harapan guru. Untuk dapat melaksanakan secara baik guru harus memahami peserta didik seutuhnya agar guru dapat memberikan layanan secara profesional kepada peserta didik. Sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud No. 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah “Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Adapun dimensi keterampilan dalam hal ini khususnya pada jenjang pendidikan dasar sebagai berikut: 1) kreatif; 2) produktif; 3) kritis; 4) mandiri; 5) kolaboratif; 6) komunikatif. Proses kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan baik serta tercapai tujuan pembelajaran apabila ada peran orang tua dan guru. Hal ini dharapkan dapat berdampak meningkatkan minat belajar dan kemampuan membaca peserta didik. Kemampuan membaca merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik agar memahami dan mengetahui materi yang dipelajari. Hasil penelitian The United Nation Educational, Scientific And Cultural Organization (UNESCO) minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan hanya 0,001 %. Sedangkan menurut Program For International Student Assessment (PISA), Indonesia menjadi bagian dari 10 negara yang memiliki tingkat literasi rendah di tahum 2019, peringkat ke 62 dari 70 negara. Dalam hal ini perlu meningkatkan kemampuan membaca terutama pada jenjang sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah karena berpengaruh terhadap hasil belajar serta sangat penting bagi kehidupan selanjutnya. Untuk itu diperlukan peran guru dalam kemampuan membaca serta motivasi dari orang tua. Keluarga adalah madrasah pertama anak. Peranan orang tua begitu sangat penting. Anak perlu dibekali dan diberikan dorongan oleh orang tua agar memiliki prinsip hidup. Tanggung jawab orang tua mendidik dan membina anaknya, suapaya anak dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan perkembangan zaman serta memiliki kualitas hidup yang baik. Sedangkan tugas guru di sekolah berpengaruh terhadap minat belajar anak. Sehingga guru juga berperan memotivasi peserta didik dan memberikan perhatian lebih bagi peserta didik yang belum aktif di kelas. Berdasarkan asumsi di atas, peneliti tertarik meneliti lebih lanjut tentang peran orang tua dan guru dalam kemampuan membaca peserta didik. Selanjutnya mengangkat dalam sebuah penelitian dengan judul “Peran Orang Tua dan Guru Pada Minat Belajar Dalam Kemampuan Membaca di MI Nurul Mutaallimin”. Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus penelitian yaitu: peserta didik kelas VI, orang tua peserta didik kelas VI, beserta guru wali kelas VI. Jumlah peserta didik kelas VI adalah 13 peserta didik. Kemudian peneliti hanya mengambil 3 peserta didik yang menjadi sampel penelitian, di mana terdapat 3 peserta didik yang belum lancar dalam membaca. B. KAJIAN TEORI Peran Orang Tua Lembaga yang paling penting dalam membentuk kepribadian anak adalah keluarga. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa esensi pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, sedangkan sekolah hanya berpartisipasi (M. Sochib, 2000). Orang tua memiliki peran paling besar untuk mempengaruhi anak pada saat anak peka terhadap pengaruh luar, serta mengajarnya selaras dengan temponya sendiri. Orang tua adalah sosok paling mengenal kapan dan bagaimana anak belajar sebaik-baiknya (Dwi Sunar, 2007). Orang tua terdiri dari ibu dan ayah. Yang mengandung dan membesarkan serta mempunyai tanggung jawab besar untuk membimbing dan mengasuh anaknya yang memiliki tanggung jawab masing-masing dengan cara memberikan contoh dan sikap yang baik. Rosyi Datus Saadah mengungkapkan bahwa orang tua adalah salah satu institusi terkecil yang terdiri dari ayah dan ibu di dalam rumah tangganya yang terjalin hubungan interaksi antar sesama yang sangat erat (Ahmadi Farid, 2021: 65). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua atau keluarga merupakan lingkup terkecil di dalam suatu masyarakat yang terdiri dari ayah dan ibu yang memiliki tanggung jawab untuk mengasuh dan membimbing anaknya. Minat Belajar Minat merupakan motivasi dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif yang dipilihnya suatu obyek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama-kelamaan akan …
MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI MELALUI IMPLEMENTASI KONSEP SEKOLAH DENGAN KEUNGGULAN SCIENCE DAN RISET (Studi Kasus Sekolah Islam Terpadu Misykat Al-Anwar) Oleh : AHMAD FAQIH, SP. Pendidik di Sekolah IT Misykat Al-Anwar Jombang Jawa Timur PENDAHULUAN Salah satu tuntutan hidup di zaman globalisasi adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan kepemilikan wawasan yang luas. Untuk menuju ke arah itu, dibutuhkan tradisi literasi yang kuat. Secara ringkas, literasi adalah keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca. Bagi mayoritas masyarakat indonesia, kebiasaan membaca dan menulis belum begitu tertanam dalam kesehariannya. Berdasarkan publikasi hasil penghitungan Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2019) tentang Indeks Alibaca. Diketahui bahwa angka rata-rata Indeks Alibaca Nasional masuk dalam kategori aktivitas literasi rendah, yaitu berada di angka 37,32. Nilai itu tersusun dari empat indeks dimensi, antara lain Indeks Dimensi Kecakapan sebesar 75,92; Indeks Dimensi Akses sebesar 23,09; Indeks Dimensi Alternatif sebesar 40,49; dan Indeks Dimensi Budaya sebesar 28,50. Hasil penelitian PISA tahun 2018 yang menilai 600.000 anak berusia 15 tahun dari 79 negara, menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 10 besar terbawah (baca : 69 terbawah) dari 79 negara, yang diperoleh dari kemampuan literasi membaca dengan nilai 371, kemampuan matematika sebesar nilai 379, sedangkan kemampuan sains dengan nilai 396. Selaras dengan itu, hasil TIMSS tahun 2015, yang dipublikasikan tahun 2016 memperlihatkan prestasi siswa Indonesia di bidang matematika mendapat peringkat 46 dari 51 negara dengan skor 397. Dasar pengukuran TIMSS bidang matematika dan sains sendiri terdiri dari dua domain, yaitu domain isi dan kognitif. Hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, tentang indikator sosial budaya diketahui bahwa hanya 17.66 % penduduk indonesia yang berumur 10 tahun keatas yang mengaku pernah membaca setidak-tidaknya satu artikel di surat kabar atau majalah. Angka ini sangat kecil bila dibanding kan dengan jumlah penduduk yang meluangkan waktu dan perhatian untuk menonton salah satu atau beberapa acara yang disajikan dalam televisi, yaitu sebanyak 91.68 % atau yang meluangkan waktu untuk mendengarkan radio (18.57 %). Menyadari akan hal itu, maka sejak tahun 2015 di gelorakan gerakan literasi berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dimana salah satu program unggulan bernama “Gerakan Literasi Bangsa (GLB)”. Makalah ini mencoba menguraikan salah satu best practice upaya penumbuhan budaya literasi di sekolah melalui implementasi konsep sekolah dengan keunggulan science dan riset berdasarkan Pengalaman Sekolah Islam Terpadu Misykat Al-Anwar. PEMBAHASAN Definisi budaya literasi Kata budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi dalam Koentjaraningrat (1986) menuliskan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Pada sisi lain kebudayaan dapat dimaknai sebagai sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran dan kehidupan manusia. Literasi berasal dari istilah latin literature dan bahasa inggris letter. Trini Haryanti (2014), mendefinisikan Literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa budaya literasi adalah istilah yang dimaksudkan untuk menunjukkan aktifitas berupa kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya. Ada banyak cara untuk menumbuhkan budaya literasi. Secara umum adalah melalui penyediakan fasilitas baca tulis seperti buku bacaan, internet dll. Mempermudah akses untuk memperoleh bahan bacaan dan tulisan melalui ketersediaan perpustakaan gratis yang lokasinya terjangkau serta murahnya harga-harga buku dan bahan bacaan yang bermutu. Hal lain yang juga penting adalah penciptaan lingkungan yang mendukung dan nyaman untuk beraktifitas baca dan menulis. Sekolah sebagai institusi pendidikan seyogyanya menjadi lahan subur untuk penyemaian budaya literasi. Di sekolah seharusnya tersedia fasilitas perpustakaan yang dapat diakses siswa secara gratis. Perpustakaan sekolah sepatutnya memiliki koleksi buku dan bahan bacaan lainnya yang bermutu dan mampu menggugah selera baca warga sekolah. Sekolah seharusnya hadir sebagai lingkungan yang nyaman dan kondusif untuk menjadikan siswa tergerak untuk membaca dan menulis sebagai wujud kanalisasi “dahaga ilmiah” mereka. Diantara ikhtiar yang dapat dipilih untuk mewujudkan lingkungan yang mendukung budaya literasi adalah melalui konsep sekolah dengan keunggulan science dan riset. Konsep sekolah dengan keunggulan science dan riset dan budaya literasi Berdasarkan tolak ukur kuantitatif, pembangunan pendidikan di Indonesia telah mampu mewujudkan penambahan jumlah sekolah, mendorong meningkatnya akses bersekolah serta meningkatkan angka partisipasi belajar pada semua level pendididikan. Namun, bila ditinjau secara kualitatif, mutu pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara maju yang tergabung dalam OECD, seperti AS, Jepang, Jerman bahkan Singapura. Organization for Economic Cooperation & Development (OECD) adalah sebuah organisasi tingkat negara-negara yang beranggotakan negara “kaya” dan dipimpin oleh Amerika Serikat dan Eropa. Salah satu faktor penunjang rendahnya mutu pendidikan adalah kurang dikembangkannya keterampilan berpikir dan ketrampilan proses sains di dalam kelas. Keterampilan berpikir merupakan aspek penting dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Jika keterampilan berpikir tersebut tidak dilatih terus menerus dalam kegiatan belajar dapat dipastikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan berbagai permasalahan akan sangat minimal dan kurang berkualitas. Keterampilan proses sains melatih siswa dalam proses berpikir dan membentuk manusia yang mempunyai sikap ilmiah. Sekolah sesuai dengan fungsi asalnya adalah lembaga untuk mendidik dan mentrasfer ilmu, budaya, seni dan teknologi, serta menanamkan nilai-nilai moral dan kearifan kepada peserta didik melalui proses belajar mengajar dan pembimbingan di lingkungan sekolah. Guna memperkuat fungsi tersebut, sekolah perlu senantiasa mengembangkan diri dengan memperhatikan aspek kebendaan, manusia, dan perkembangan lingkungan sekelilingnya. Aspek kebendaan meliputi sarana/fasilitas sekolah dan kondisi keuangan sekolah; aspek manusia meliputi kemampuan guru dan pengelola sekolah, input siswa, dan kondisi/kemampuan orang tua dan masyarakat; aspek lingkungan meliputi kondisi daerah, karakter lokal, dan kebutuhan masyarakat. Pada kisaran periode tahun 1980-an di beberapa negara maju muncul istilah Sekolah Berbasis Riset (SBR). Pada intinya, konsep ini memiliki sebuah target tersembunyi yaitu membangun semangat dan budaya meneliti di kalangan guru. Konsep SBR bermula dari dua komponen utama yaitu, guru dan kegiatan riset. Konsep SBR memposisikan guru dan pimpinan sekolah sebagai lokomotif utama penelitian. Pada umumnya tema penelitian yang dikembangkan dalam konsep ini adalah hal-hal …
SKB 3 Menteri Tahun 1975: Eksistensi, Implikasi dan Efektivitas Pada Pendidikan Madrasah Mohamad Faojin Mahasiswa Program Doktor Universitas Wahid Hasyim Semarang Abstract This paper confirms that the politics of national education has a strong influence on the development of madrasah in Indonesia. Even marginalized by the political madrassa education in Indonesia who are concerned and care about the school system. As a result, the alumni madrasah are not allowed to compete with school graduate or equivalent. Attempts to obtain state recognition done by the madrasah. Extitantion of Madrasah was slightly gained recognition with the publication of the Joint Decree (SKB) Three Ministers in 1975. The government’s political orientation in 1980 until the 1990s that is more accommodating to Muslims make significant changes to the current madrasah trip. The climax, the school became part of the educational system after the enactment of the National Education System Law No. 20 in 2003. Implication of the true struggle madrasah to be part of the national education system is not free. There is a cost to be paid by the madrasah for recognition. Knowingly or not, almost like the madrasah school curriculum even more such as school. Madrasah has lost the spirit. Islamic sciences trimmed, on the pretext of simplification, for recognition. So, it is too early to conclude that the struggle madrasah was over. Effectivition of Madrasah should be part of the national education system, but do not lose the spirit and erode the values and teachings of his religion, but the national education has a value and spiritual. Keywords: SKB 3 Menteri 1975, Extitantion, Implication, efetivitation, Madrasah School. Abstrak Tulisan ini menegaskan bahwa politik pendidikan nasional memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan madrasah di Indonesia. Bahkan madrasah termarginalkan oleh politik pendidikan Indonesia yang mementingkan dan mempedulikan sistem sekolah. Akibatnya, alumni madrasah tidak diperkenankan untuk bersaing dengan lulusan sekolah yang sederajat. Upaya untuk mendapatkan pengakuan negara dilakukan oleh madrasah. Eksistensi madrasah pun sedikit mendapat pengakuan dengan terbitnya Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri tahun 1975. Orientasi politik pemerintah tahun 1980 hingga 1990-an yang lebih akomodatif terhadap umat Islam membuat perubahan yang cukup signifikan terhadap perjalanan madrasah saat itu. Puncaknya, madrasah menjadi bagian dari sistem pendidikan setelah disahkannya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Implikasinya perjuangan madrasah untuk menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional tidaklah gratis. Ada cost yang harus dibayar oleh madrasah untuk mendapat pengakuan. Disadari atau tidak, madrasah nyaris mirip sekolah secara kurikulum bahkan makin tersekolahkan. Madrasah telah kehilangan ruh. Ilmu-ilmu keislaman dipangkas, dengan dalih penyederhanaan, untuk mendapat pengakuan. Maka, terlalu dini menyimpulkan bahwa perjuangan madrasah telah usai. Efektivitas Madrasah menjadi bagian sistem pendidikan nasional tidak kehilangan ruh dan terkikis nilai-nilai serta ajaran-ajaran agamanya, namun pendidikan pendidikan nasional mempunyai ruh, nilai-nilai dan ajaran agamanya. Kata Kunci: SKB 3 Menteri Tahun 1975, Eksistensi, Implikasi dan Efektivitas. Download lengkap Jurnal http://bit.ly/jurnal-skb3menteri-mohamadfaujin
ليس شيخك من سمعت منه Guru sejati bukanlah orang yang engkau dengar (ceramah-ceramah) sebatas dari lisannya saja. وإنما شيخك من أخذت عنه Tapi, dia adalah orang tempatmu mengambil hikmah dan akhlaq و ليس شيخك من واجهتك عبارته Bukanlah guru sejati , seseorang yang hanya membimbingmu dengan retorika وإنما شيخك الذى سرت فيك إشارته Tapi, orang yang disebut guru sejati bagimu adalah orang yang isyarat-isyaratnya mampu menyusup dalam sanubarimu. وليس شيخك من دعاك الى الباب Dia bukan hanya seorang yang mengajakmu sampai kepintu. وإنما شيخك الذى رفع بينك وبينه الحجاب Tapi, yang disebut guru bagimu itu adalah orang yang (bisa) menyingkap hijab (penutup) antara dirimu dan dirinya. وليس شيخك من واجهك مقاله Bukanlah gurumu, orang yang ucapan-ucapannya membimbingmu وإنما شيخك الذى نهض بك حاله Tapi, yang disebut guru bagimu adalah orang yang aura kearifannya dapat membuat jiwamu bangkit dan bersemangat. شيخك هو الذى أخرجك من سجن الهوى و دخل بك على المولى Guru adalah Cahaya yang menginpirasi Untuk mencapai tujuan dan impian, Karena inpirasi itu melahirkan Generasi yang berguna Bagi Nusa Bangsa dan agama, شيخك هو الذى مازال يجلو مرآة قلبك حتى تجلت فيها انوار ربك Guru sejati bagimu adalah orang yang senantiasa membuat cermin hatimu jernih,sehingga cahaya Tuhanmu dapat bersinar terang di dalam hatimu.. وﷲ اعلم… TERIMAKASIH GURU
Opini Terbaru
Siapa Kita? NU, PERGUNU? Berkah Oleh: Dr. H. Heri Kuswara, M.Kom Sebagai Salah satu Garda Terdepan Jam’iyah Nahdlatul Ulama, dalam setiap nafas dan denyut nadinya, Pergunu senantiasa memegang prinsip utama Nahdlatul Ulama yaitu berpedoman pada Alquranul Karim Surat An-Nisa ayat 59 dengan Manhaj Fikrah Nahdliyyah yakni: (1). Bidang aqidah/teologi bermanhaj pada pemikiran Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. (2). Bidang fiqh/hukum Islam, bermazhab secara qauli dan manhaji kepada salah satu al-Madzahib al-‘Arba’ah (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali). Dan (3) Bidang tasawuf, NU mengikuti Imam al-Junaid al-Baghdadi dan Abu Hamid al-Ghazali. Merujuk pada prinsip-prinsip diatas, Pergunu wajib menjalankan Khittah Nahdliyah sebagai Jami’iyah Diniyyah Ijtima’iyah. Dalam mewujudkan Khittah Nahdliyah, Romo Yai Ma’ruf (Prof. Dr. KH Ma’ruf Amin, Mustasyar PBNU), mengatakan diperlukan khutwah berupa langkah-langkah dinamis yang sesuai dengan situasi, lingkungan dan kondisi yang dihadapi demi kemaslahatan ummat (masyarakat). Romo Yai Ma’ruf lebih lanjut mengatakan “Khittah itu permanen, sedangkan khutwah itu perubahan-perubahan yang tidak keluar dari garis khittah dan Sasarannya jelas, terarah menuju upaya ishlahul ummah, yaitu perbaikan masyarakat”. Apa yang disampaikan Romo Yai Ma’ruf sejalan dengan Khasais Fikrah Nahdliyah yakni tathowwuriyah (berkembang), tawassutiyah (moderat) dan manhajiyah (metodologis), serta selaras dengan Kredo Nahdliyah yakni “al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah (‘Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik”, lebih lanjut Romo Yai Ma’ruf melengkapi kredo NU tersebut dengan konsep al-ishlah ila ma huwal ashlah tsummal ashlah fal ashlah, yaitu sebagai upaya perbaikan ke arah yang lebih baik lagi dan seterusnya (continual improvement). Hadirnya sebuah tipologi, ciri khas umat Islam di Nusantara, yang dikenal dengan istilah Islam Nusantara, dengan tokoh sentralnya Romo Yai Said (Prof Dr. KH Said Aqil Siroj, MA/Mustasyar PBNU) menurut penulis adalah sebuah Khutwah Brilian dalam menginternalisasikan nilai-nilai Khasais Fikrah dan Kredo Nahdliyah. Hanya sayang, beberapa nahdliyin, terlihat kurang cermat dan kurang tepat dalam memahami istilah Islam Nusantara sebagai upaya cerdas dan progresif dalam melestarikan kakayaan budaya Nusantara dan menumbuhkan spirit nasionalisme masyarakat terhadap bangsa serta dalam meng-counter ideologi transnasional. Sementara itu dalam mewujudkan Khittah & Kutwah Harakah Nahdliyah Romo Yai Ma’ruf memaknai keberIslaman ala NU suatu saat akan menjadi warna di dunia global. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan Rais ‘Aam PBNU, Romo Yai Miftah (KH Miftachul Akhyar) dengn menancapkan cita-cita Nahdlatul Ulama untuk “Men-‘dladl’-kan dunia yaitu menjadikan NU kedepan sebagai pusat peradaban islam dunia. Ketua Umum PBNU (KH Yahya Cholil Staquf) Menterjemahkan cita-cita Nahdlatul Ulama tersebut dengan Menetapkan Arah Perjuangan Nahdlatul Ulama dengan mengusung semangat Tema “Merawat Jagat. Membangun Peradaban”. Pergunu adalah salah satu Badan Otonom Nahdlatul Ulama yang mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan mabadi khaira ummah agar tercipta islahul ummah dalam aspek keagamaan dan aspek kemasyarakatan. Kenapa demikian?, karena dalam mewujudkan islahul ummah pada kedua aspek tersebut primary keynya ada pada pendidikan. Pergunu-lah yang mempunyai peran dan tanggungjawab itu. Melalui Haraqah mabadi khaira ummah yaitu Al-shidq, Al-amanah wa al-wafa’ bi al-ahd, At-ta’awun, Al-‘adâlah dan Al-Istiqâmah serta empat prinsip haraqah nahdliyah yaitu toleran, welas asih, lembut dan suka rela, wajib menjadi pedoman Pergunu dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab mulianya sebagai pendidik. Dalam berbagai kesempatan, Ketua Umum Pergunu, Romo Yai Asep (Prof Dr. KH asep Saifuddin Chalim, M.Ag) yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Amantul Ummah menuturkan bahwa, tujuan pendidikan di Indonesia secara garis besar yakni terwujudnya Indonesia yang adil dan makmur. Pendidikan di Indonesia harus berorientasikan kepada menanamkan keimanan kepada anak didik, menanamkan ketaqwaan, mewujudkan akhlakul karimah, tanggung jawab akademis, pembentukan kecerdasan, tanggung jawab kesehatan, tanggung jawab ketrampilan, tanggung jawab kreatifitas, dan tanggung jawab dalam menanamkan Cinta Tanah Air. Romo Yai Asep senantiasa berpesan kepada seluruh komponen Pergunu, “Jadilah guru yang baik atau tidak sama sekali”. Pesan beliau menjadi pedoman dan pegangan pergunu dalam menjalankan profesi mulianya. Bahwa Perubahan Adalah Sunnatullah Yang Pasti Terjadi Dan Akan Terus Terjadi. Yang Patut Dipermasalahkan Adalah Bagaimana Menyikapi Perubahan Tersebut. Di Sinilah Posisi Nahdliyin terutama Pergunu dalam memahami khittah dan khutwah NU, Khutwah itu sebuah keharusan, namun khutwah tanpa berpedoman pada Khittah adalah sebuah ketersesatan. Oleh karenanya Transformasi yang dilakukan Pergunu dalam menjawab perkembangan jaman wajib senantiasa berpedoman pada khittah nahdliyah. Begitupun dalam menjalankan haraqah mabadi khaira ummah, pergunu wajib berpedoman pada Khasais Fikrah dan Kredo Nahdliyah. Dengan Demikian Islahul Ummah Terutama dalam bidang Pendidikan akan terwujud. *Penulis adalah Sekretaris Pimpinan Pusat Pergunu
Jakarta, PP Pergunu Setengah tahun berlalu, kongres ketiga Pergunu dilaksanakan. Sebagai bagian terkecil yang turut berkiprah di Pergunu, penting kiranya, untuk saling mengingatkan sesama para guru bintang sembilan, dalam mengejawantahkan peran dan fungsinya sebagai salah satu organisasi profesi terbesar di dunia. Kongres ketiga pergunu telah mengamanatkan “Sembilan Program Strategis Untuk Para Guru Bintang Sembilan” untuk dilaksanakan dan terus ditingkatkan sebagai bentuk komitmen dan kesungguhan pergunu dalam turut serta terdepan dalam “Merawat Jagat Membangun Peradaban”. Kesembilan program penting tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut: Pertama. Komitmen Ideologi Pergunu. Pergunu yang merupakan salah satu badan otonom perkumpulan nahdlatul ulama berkewajiban senantiasa terdepan dalam mengamalkan tiga pilar penting ajaran ahlissunnah wal jama’ah an-nahdliyah (Aswaja An-nahdliyah) baik amaliah (pola tindak), fikrah (pola fikir) dan harakah (pola gerakan). Oleh karenanya semua komponen pengurus dan anggota pergunu wajib selaras dan sinergi dengan pedoman dan ajaran yang terdapat dalam tiga pilar penting nahdlatul ulama. Selanjutnya Pergunu sebagai organisasi profesi tenaga pendidik dan kependidikan yang bernaung didalam nahdlatul ulama berkewajiban mengamalkan empat Pilar Berbangsa dan Bernegara, yaitu Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara. Usaha cerdas Pergunu dalam mengejawantahkan ajaran ahlissunnah wal jama’ah an-nahdliyah (Aswaja An-nahdliyah) dan empat pilar dalam berbangsa dan bernegara adalah dengan melaksanakan program pendidikan kader pergunu untuk para pengurus dan anggota. Program pendidikan kader tersebut dikenal dengan nama Pendidikan Guru NU (PGNU) dan dan Pendidikan Kepemimpinan Guru NU (PKGNU). Pendidikan Guru NU (PGNU) diselenggarakan untuk mempersiapkan dan mewujudkan guru NU menjadi garda terdepan dalam melaksanakan dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung didalam ajaran ahlissunnah wal jama’ah an-nahdliyah (Aswaja An-nahdliyah) dan empat pilar kebangsaan. Pendidikan ini harus diikuti oleh seluruh pengurus dan anggota pergunu yang merupakan syarat wajib menjadi pengurus pergunu pada semua tingkatan. Sementara Pendidikan Kepemimpinan Guru NU (PKGNU) diselenggarakan untuk mempersiapkan guru NU menjadi pemimpin unggul dan terbaik diberbagai organisasi khususnya organisasi pendidikan. Kedua. Konsolidasi Organisasi. Konsolidasi merupakan salah satu program strategis yang terus menerus dilakukan oleh pergunu setidaknya sejak pergunu lahir kembali di kongres pertama pada tanggal 22-24 juli 2011 di Pondok Pesantren Amantul Ummah Pacet Mojokerta Jawa Timur, keberhasilan Konsolidasi dalam kurun waktu 12 tahun ini, Pergunu telah mempunyai Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Cabang di Seluruh Indonesia. Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan Ranting di Pulau Jawa, Bali, NTB dan Sebagian di Pulau Sumatera. Yang paling spektakuler hasil dari konsolidasi organisasi, saat ini sudah bergabung lebih dari satu juta guru NU yang terdaftar secara resmi pada Sistem Informasi Sensus Nasional Anggota Pergunu yang dikenal dengan nama SIMAS Pergunu. Dalam Konsolidasi Organisasi ini, Keputusan Kongres Pergunu ketiga mengamanatkan Pimpinan Pergunu pada semua tingkatan untuk dapat memperkuat dan memperluas jaringan pergunu dengan membentuk Pimpinan Cabang Istimewa Pergunu di luar negeri (PCI Pergunu) dan terus melakukan pembentukan Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan Ranting di semua wilayah Indonesia. Dalam hal penataan organisasi, Konsolidasi Pergunu dilakukan dengan memberikan workshop atau pelatihan kepada Pengurus Pergunu pada semua tingkatan tentang tata kelola organisasi Pergunu sesuai Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, Peraturan Administrasi dan Kode Etik Pergunu. Selain itu Pergunu pada semua tingkatan diwajibkan untuk mensosialisasikan Hasil-hasil kongres Ketiga Pergunu untuk dapat diterjemahkan dan diimplementasikan kedalam berbagai kegiatan dan aktifitas organisasi. Ketiga. Peningkatan Kapasitas Kompetensi Pergunu. Kongres ketiga Pergunu sangat peka terhadap kualitas pendidik dan tenaga kependidikan yang terhimpun didalam pergunu. Oleh karenanya, Pergunu melanjutkan dan memaksimalkan berbagai potensi untuk memberikan berbagai seminar, Halaqah, pelatihan, workshop, loka karya dan sejenisnya untuk diberikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan dilingkungan Nahdlatul Ulama. Di Era VUCA, Community 5.0 dan Revolusi Industri 4.0, Pergunu mempersiapkan SDMnya agar mampu menjawab tantangan global yang serba disruptif dan serba digital ini. Keputusan Kongres Ketiga Pergunu, mengamanahkan untuk melaksanakan Program-program seperti Pelatihan Aplikasi berbasis Web dan Android, Pelatihan Teacherpreneurship, Workshop Jurnal Ilmiah, Bimtek Kebinekaan Global, Bimtek Moderasi Beragama. Berbagai program Peningkatan Kapasitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pergunu ini akan didukung dengan Penerbitan Jurnal Ilmiah, Penerbitan Buku, Penguatan Jaringan dan Kerjasama dengan Internal NU, Nasional dan Internasional, Desiminasi Model Pendidikan Amanatul Ummah dan Pengembangan Pendidikan Tinggi NU. Keempat. Peningkatan Kesejahteraan Pergunu. Pergunu sangat concern terhadap kondisi ekonomi pendidik dan tenaga kepandidikan baik dilingkungan NU maupun di Indonesia. Oleh karenanya, program peningkatan kesejahteraan ini akan terus dilakukan oleh pergunu dengan membentuk berbagai unit usaha. Unit-unit usaha yang dimaksud saat ini terhimpun didalam sebuah koperasi yang sudah didirikan pergunu yaitu Koperasi Konsumen Pergunu Berkah Sejahtera (KK-Pergunu-BS). Melalui koperasi ini, diharapkan khususnya anggota pergunu dapat mengoptimalkan bakat, minat potensi dan kreatifitasnya dalam berbagai jenis usaha. Dengan demikian, anggota pergunu tidak hanya cerdas dan terampil dalam mendidik anak bangsa namun juga sukses berwirausaha, itulah sejatinya seorang teacherpreneur. Kelima. Pergunu Peduli Pendidikan Anak Bangsa. Hasil kongres ketiga pergunu juga mengamanatkan bagaimana pergunu tetap istiqomah untuk peduli pendidikan anak bangsa dengan terus meningkatkan beasiswa sekolah dan kuliah untuk anak bangsa. Setidaknya dalam kurun waktu 12 tahun terakhir ini, pergunu telah memfasilitasi generasi bangsa terutama dari keluarga tidak mampu untuk mendapatkan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi, pergunu sudah bekerjasama dengan lebih dari 50 perguruan tinggi di Indonesia dalam rangka pemberian beasiswa kuliah. Dan saat ini sudah lebih dari 1000 anak bangsa dari seluruh wilayah di Indonesia yang mendapatkan beasiswa Pergunu. Beasiswa kuliah ini tidak hanya diberikan kepada pengurus, anggota dan keluarga pergunu namun juga diberikan kepada siapapun anak bangsa yang kurang mampu dari sisi ekonomi. Keenam. Perlindungan Hukum dan Advokasi. Guru merupakan profesi termulia dalam membangun generasi bangsa. Oleh karenanya, Kongres ketiga Pergunu mengamanatkan kepada Pergunu untuk mendirikan Lembaga Bantuan Hukum atau Lembaga Mediasi sebagai bentuk perlindungan dan pendampingan pergunu kepada Pengurus, Anggota dan yang lainnya agar mereka dapat dengan aman dan nyaman dalam menjalankan tugas profesinya. Atas dasar itu, Pergunu telah membentuk Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) sebagai jawaban atas persoalan-persoalan guru dan tenaga kependidikan yang acap kali muncul di negara kita ini. Ketujuh. Pendirian Lembaga Pendidikan Amanatul Ummah dan Perguruan Tinggi. Kongres ketiga Pergunu juga mengamanahkan agar segera mendirikan Lembaga Pendidikan baik Pesantren, Sekolah/madrasah Amanatul Ummah di Seluruh Provinsi di Indonesia. Pesantren, Sekolah/madrasah yang akan didirikan mengacu kepada model dan kurikulum yang diterapkan di Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa …
Jakarta, PP Pergunu Disertasi berjudul “Naskah Perjuangan Kyai Abdul Wahab: Edisi Teks Dan Kajian Historiografi Nahdlatul Ulama,” akan diujikan besok, 28 Juni 2022 di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Padjadjaran. Disertasi ini ditulis oleh Muhammad Al Barra, putra Ketua Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) KH Asep Saifuddin Chalim untuk memperoleh gelar Doktor bidang Ilmu Sastra. Penelitian ini ditujukan Barra untuk menghasilkan teks yang bersih dari kesalahan sebagai dasar pengungkapan peranan tokoh KH Abdul Wahab Hasbullah dan KH Abdul Halim dalam proses perjalanan berdirinya Nahdlatul Ulama. Disertasi ini hendak membahas tiga buah hal yang menjadi rumusan masalahnya, yaitu: Bagaimana edisi teks naskah Sejarah Perjuangan KH Abdul Wahab yang bersih dari kesalahan? Bagaimana historiografi NU dan pendirinya versi naskah Sejarah Perjuangan Kiayi Haji Abdul Wahab? Dan bagaimana peran KH Abdul Wahab Hasbullah dan KH Abdul Halim dalam pendirian NU versi naskah Sejarah Perjuangan Kiayi Haji Abdul Wahab? Obyek dan data penelitian disertasi ini berasal dari naskah cetak tua “Sejarah Perjuangan Kiayi Haji Abdul Wahab” karya KH Abdul Halim Leuwimunding Majalengka (1898-1972), seorang saksi dan pelaku sejarah berdirinya organisasi Nahdhatul Ulama. Karya ini ditulis di Leuwimunding, Majalengka pada tahun 1970 yang ditulis dengan aksara Arab-Melayu berbentuk puisi berirama yang merekam dari dekat kehidupan KH Abdul Wahab Hasbullah dan semangatnya yang membara dalam membangun kesadaran pentingnya berjam’iyyah. Naskah tersebut lalu dicetak oleh percetakan Baru di Bandung pada tahun yang sama. Peneliti yaitu Muhammad Al Barra memperoleh naskah tersebut secara turun temurun sebagai warisan keluarga. Pengarang karya ini, yaitu KH Abdul Halim yang merupakan kakeknya sendiri. KH Abdul Halim Leuwimunding sendiri merupakan tokoh pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama pada tahun 1926 di Surabaya (Jawa Timur). Beliau adalah satu-satunya ulama asal Tatar Sunda yang turut serta membidani proses kelahiran Jam’iyyah Nahdlatul Ulama pada tahun 1926 di Surabaya, dan terus aktif berkhidmah bagi Jam’iyyah tersebut hingga akhir hayatnya pada tahun 1972. Naskah ini ditulis oleh pengarangnya untuk merekam jejak sejarah NU melalui perspektif tokoh KH. Abdul Wahhab Hasbullah (w. 1970), yang disebut oleh pengarang sebagai salah satu guru utama, mentor dan inspiratornya, yang juga aktor utama dalam sejarah pendirian NU. Selain itu, ditulisnya karya ini oleh pengarangnya juga sebagai kenang-kenangan yang dapat dipersembahkan kepada khalayak ulama dan peserta Muktamar NU ke-25 yang digelar di Surabaya (Jawa Timur) pada tahun 1971, atau satu tahun setelah karya ini ditulis. Sebelumnya, muktamar NU ke-24 digelar pada tahun 1967 di kota Bandung (Jawa Barat). Naskah Sejarah Perjuangan Kiayi Haji Abdul Wahab ini merupakan naskah tunggal. Naskah diperbanyak dengan mesin cetak stensilan. Teks naskah berbentuk nadoman mengikuti pola ilmu ‘aruď. Dengan menggunakan metode edisi standar, teks yang diduga mendekati aslinya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dapat dihasilkan yang akan membuka jalan bagi penelitian berikutnya. Naskah ini juga merupakan bagian dari khazanah naskah Nusantara Islami yang menjadi bukti otentik peran intelektual ulama Nusantara, terkhusus dari Sunda, dalam gerakan penyebaran agama Islam serta kesadaran berbangsa dan bernegara di tanah air kita tercinta ini. Teks Sejarah Perjuangan Kiayi Haji Abdul Wahab mempertegas kiprah besar KH Abdul Wahab yang menggagas berdirinya organisasi da’wah Nahdlatul Wathan (NW) hingga bertransformasi menjadi NU dalam percaturan politik di Indonesia pra kemerdekaan dan setelah kemerdekaan dalam pembangunan politik bernegara dan berbangsa yang setiap saat menghadapi perubahan-perubahan drastis. Lahirnya Sejarah Perjuangan Kiayi Haji Abdul Wahab dapat meminimalisasi distorsi sejarah, khususnya tentang resolusi jihad yang mengilhami perang 10 November di Surabaya yang monumental yang sedikit sekali peran ulama disinggung di dalamnya dalam buku-buku sejarah. Pewarta: Abdul Manap Sumber: https://jabar.nu.or.id/kota-bandung/akan-diujikan-besok-disertasi-naskah-perjuangan-kyai-abdul-wahab-edisi-teks-dan-kajian-historiografi-nahdlatul-ulama-NVpqP
Jakarta, PP Pergunu KH Abdul Halim merupakan salah seorang muassis Nahdlatul Ulama (NU) yang lahir pada 3 Syawal 1304 H yang bertepatan dengan 26 Juni 1887 M di Desa Cibolerang, Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Ia merupakan putra dari pasangan Kiai Muhammad Iskandar, salah seorang penghulu Kadewanan Jatiwangi dan Ibu bernama Muthmainnah binti Imam Syafari. Riwayat Pendidikan Sebagai putra dari salah seorang Ulama, pengawasan dalam Pendidikan seorang Kiai Abdul Halim terbilang mendapatkan pengawasan ketat. Beliau dituntut untuk bisa menyerap dasar-dasar ilmu keislaman sebagai bekal dakwahnya kelak untuk menggantikan ayahandanya. Selain Pendidikan yang didapat dari ayahnya, kiai Abdul Halim juga belajar di sekolah HIS milik Belanda, sehingga bisa dikatakan beliau juga mahir berbahasa Belanda. Pasca belajar agama di kampung halamannya, Kiai Abdul Halim melanjutkan rihlah pendidikannya ke berbagai pesantren diantaranya Pesantren Ranji Wetan di Majalengka yang diasuh oleh Kiai Anwar, Pesantren Lontong Jaya (Leuwimunding), Pesantren Bobos (Cirebon) yang diasuh oleh KH Sujak, Pesantren Ciwedus (Kuningan) yang diasuh oleh Kiai Ahmad Shobari, Pesantren Kedungwuni (Pekalongan) yang diasuh Kiai Agus. Setelah dari pesantren Kiai Agus, Kiai Abdul Halim berkeinginan untuk kembali mesantren di Ciwedus Pekalongan. Ketika menjadi santri, Kiai Abdul Halim bejualan minyak wangi, batik dan kitab-kitab agama untuk menopang biaya belajarnya. Sehingga, dari hasil jualannya tersebut beliau dalam proses mencari ilmu tidak membebani orang tuanya. Di usia yang ke 22 tahun, beliau memiliki keinginan untuk melanjutkan rihlah ilmiahnya menuju Haramain yang menjadi induk kota Pendidikan Islam. Di Hijaz inilah, Kiai Abdul Halim belajar kepada berbagai ulama yang menggelar halaqahnya di Masjidil Haram. Di sana, ia mendapat ilmu melalui para guru yang diantaranya Syekh Mahfudz at-Turmusi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi, dan Syekh Ahmad Khayyat. Selain belajar kepada guru yang memiliki karakteristik berfikir tradisionalis yang tetap menjaga tradisi lama tanpa harus menafikan kemajuan zaman yang tidak terelakan, ia juga berguru kepada kiai yang berfikir modernis. Hal tersebut dikarenakan pentingnya mempelajari laju pemikiran ulama-ulama modern seperti beberapa karya yang dimiliki kiai Abdul Halim yakni kitab Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Meski pola pemikiran mereka dipelajari bukan berarti harus diikuti. Beliau lebih suka mengikuti pola pikir Tradisionalis yang tidak mudahmenuding salah terhadap amalan-amalan yang sudah mengakar dan sudah diseleksi oleh pendahulunya yang telah menyebarkan agama islam di Nusantara. Tidak hanya sampai disitu, selama di Hijaz beliau juga bertemu dengan KH Wahab Hasbullah, Kiai Mas Manshur, Kiai Bisri Syansuri, dan lain-lain yang nantinya akan memiliki pengaruh besar di Nusantara. Saking akrabnya setelah berteman disana, mereka memiliki kesamaan misi dan hobi yang sama, yakni menyukai pencak silat. Kiai Abdul Halim juga menguasai Bahasa China yang dipelajari dari salah seorang China muslim yang mukim di Mekkah. Dari kelincahan Kiai Abdul Halim dalam berbahasa China, Belanda, Arab, dan Melayu maka beliau menguasai empat Bahasa yang mempermudah urusannya dalam berkomunikaqsi dengan orang asing yang tidak berbicara menggunakan Bahasa melayu. Katib Tsani PBNU 1926 Kedekatan antara Kiai abdul Halim dan Kiai Wahab Hasbullah berlanjut hingga mereka pulang ke Nusantara. Karena ada kesamaan misi yang diemban yakni memperjuangkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, maka dengan antusiasnya Kiai Abdul Halim menyambut ide Kiai Wahab Hasbullah yang ingin mendirikan sebuah organisasi yang nantinya akan menjadi motor kelompok Islam Tradisionalis. Maka, pada tahun 1922 Kiai Wahab mengumpulkan beberapa ulama se-Jawa untuk berkumpul di kediaman Kiai Mas Alwi bin Abdul Aziz. Kiai Abdul Halim pun dating dari Jawa Barat menuju Surabaya yang ditempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih sebelas hari. Meski dalam pertemuan tersebut tidak langsung membuahkan hasil, akan tetapi dirinya terus berdoa agar hasil jerih payah para Kiai dibalas dengan balasan yang lebih baik. Ketika NU berdiri pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926, Hadratusyekh Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar NU menempatkan posisi Kiai Abdul Halim sebagai Katib Tsani atau Sekretaris kedua di struktur NU untuk mendampingi Kiai Wahab Hasbullah. Penempatan tersebut dianggap tepat sebab keduanya akrab sejak nyantri di Negeri Hijaz. Saat beliau mengemban amanah tersebut, tugas yang diberikan kepada beliau pun dikerjakan dengan penuh seksama dan keikhlasan. Beliau sering mengantar surat atau pesan yang akan disampaikan kepada para kiai NU se-Jawa dan Madura, seperti halnya surat undangan Ketika akan mengadakan sebuah acara Muktamar NU. Karya Tulis Keaktifan di berbagai organisasi termasuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan diamanahi sebagai anggota Dokuritsu Zyunbi Choosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang bertugas untuk membuat Undang-undang Dasar, Kiai Abdul Halim juga meluangkan waktunya untuk membuat sebuah karya tulis. Menurut salah satu sumber, Kiai Abdul Halim memiliki beberapa karya tulis, namun raib Ketika ada agresi militer Belanda dan yang tersisa hanya tiga yakni Kitab Petunjuk Bagi Sekalian Manusia, Ekonomi dan Koperasi Dalam Islam, dan Ketetapan Pengajaran di Sekolah Ibtidaiyah Persyarikan Ulama. Untuk karya tulis yang terakhir, merupakan sebuah karya bunga rampai, sedangkan kiai Abdul Halim menjadi ketua timnya. Kembali ke Rahmatullah Dalam berdakwah dan mengajar antar sesame menuju agama Allah, beliau selalu menggunakan metode kearifan. Jika terjadi ketidakcocokan dengan temannya dalam suatu pandangan tentang disiplin keilmuan, maka beliau akan menghindari adu mulut yang dapat mengakibatkan pertikaian. Hal itu membuat beliau disegani dan dipercayai untuk mengemban banyak amanah yang ada kaitannya dengan umat. Semua yang mengenali sosok kiai Abdul Halim merasa kehilangan saat Allah SWT memanggilnya pada 1962 M. Muhammad Rizqy Fauzi Sumber: Muassis NU, Manaqib 26 Pendiri Nahdlatul Ulama. Sumber: https://jabar.nu.or.id/tokoh/26-juni-1887-kh-abdul-halim-leuwimunding-lahir-8OHWn
Popular Posts
-
Gus Nasrul: Di Era Modern Guru Jangan Ab... Tegal, PP Pergunu Di era modern, para guru harus... 133 views | by Pengurus Pusat PERGUNU | posted on November 28, 2023
-
Kode Etik Guru Panduan Moral dan Disipli... Jakarta, PP Pergunu Wakil Ketua Umum Pimpina... 113 views | by Pengurus Pusat PERGUNU | posted on November 14, 2023
-
Pergunu Laksanakan Kaderi Formal Angkata... Jakarta, PP Pergunu Pimpinan Pusat Persatuan Guru... 96 views | by Pengurus Pusat PERGUNU | posted on November 14, 2023
-
Peran Orang Tua dan Guru pada Minat Bela... Jakarta, PP Pergunu Oleh : Muhammad Imam Styawan*... 53 views | by Pengurus Pusat PERGUNU | posted on November 15, 2023
Archives
- November 2023 (4)
- September 2023 (2)
- May 2023 (1)
- April 2023 (1)
- March 2023 (3)
- January 2023 (2)
- December 2022 (1)
- November 2022 (6)
- October 2022 (1)
- August 2022 (4)
- June 2022 (6)
- April 2022 (3)
- February 2022 (1)
- January 2022 (3)
- November 2021 (10)
- October 2021 (5)
- July 2021 (3)
- June 2021 (2)
- May 2021 (4)
- April 2021 (6)
- March 2021 (8)
- January 2021 (1)
- November 2020 (2)
- October 2020 (2)
- September 2020 (3)
- August 2020 (1)
- July 2020 (2)
- June 2020 (1)
- May 2020 (16)
- April 2020 (22)
- March 2020 (16)
- February 2020 (3)
- January 2020 (3)
- December 2019 (25)
- November 2019 (14)
- July 2019 (1)
- February 2019 (1)